Mungkin tidak ada orang yang benar-benar bisa memahami masalah kepribadian ganda. Sebelum abad ke-20, gejala psikologi ini selalu dikaitkan dengan kerasukan setan. Namun, para psikolog abad ke-20 yang menolak kaitan itu menyebut fenomena ini dengan sebutan Multiple Personality Disorder (MPD). Berikutnya, ketika nama itu dirasa tidak lagi sesuai, gejala ini diberi nama baru, Dissociative Identity Disorder (DID).
DID atau kepribadian ganda dapat didefinisikan sebagai kelainan mental dimana seseorang yang mengidapnya akan menunjukkan adanya dua atau lebih kepribadian (alter) yang masing-masing memiliki nama dan karakter yang berbeda. Mereka yang memiliki kelainan ini sebenarnya hanya memiliki satu kepribadian, namun si penderita akan merasa kalau ia memiliki banyak identitas yang memiliki cara berpikir, temperamen, tata bahasa, ingatan dan interaksi terhadap lingkungan yang berbeda-beda. Walaupun penyebabnya tidak bisa dipastikan, namun rata-rata para psikolog sepakat kalau penyebab kelainan ini pada umumnya adalah karena trauma masa kecil.
Untuk memahami bagaimana banyak identitas bisa terbentuk di dalam diri seseorang, maka terlebih dahulu kita harus memahami arti dari Dissociative (disosiasi).
Disosiasi
Pernahkah kalian mendapatkan pengalaman seperti ini: Ketika sedang bertanya mengenai sesuatu hal kepada sahabat kalian, kalian malah mendapatkan jawaban yang tidak berhubungan sama sekali. Jika pernah, maka saya yakin, ketika mendapatkan jawaban itu, kalian akan berkata "Nggak nyambung!".
Disosiasi secara sederhana dapat diartikan sebagai terputusnya hubungan antara pikiran, perasaan, tindakan dan rasa seseorang dengan kesadaran atau situasi yang sedang berlangsung. Proses terbentuknya kepribadian ganda ketika kita dewasa, kita memiliki karakter dan kepribadian yang cukup kuat dalam menghadapi masalah-masalah kehidupan
Salah satu kasus kepribadian ganda yang ternama, yaitu Sybil, disebut memiliki 16 identitas yang berbeda. Menurut psikolog, jumlah identitas berbeda ini bisa lebih banyak pada beberapa kasus, bahkan hingga mencapai 100. Masing-masing identitas itu memiliki nama, umur, jenis kelamin, ras, gaya, cara berbicara dan karakter yang berbeda. Setiap karakter ini bisa mengambil alih pikiran sang penderita hanya dalam tempo beberapa detik. Proses pengambilalihan ini disebut switching dan biasanya dipicu oleh kondisi stres.
Ketika membaca paragraf-paragraf di atas, mungkin kalian segera teringat dengan salah seorang teman sekolah kalian yang suka mengubah-ubah penampilannya. Bagi kalian, sepertinya ia memiliki identitas yang berbeda. Atau mungkin kalian teringat dengan salah seorang teman kalian yang biasa tersenyum, namun secara tiba-tiba bisa dikuasai oleh emosi. Ketika amarahnya meledak, kalian bisa melihat wajahnya tiba-tiba berubah menjadi seperti "serigala". Bagi kalian, sepertinya identitas baru yang penuh amarah telah menguasainya.
Apakah mereka pengidap DID?
Bagaimana cara kita mengetahuinya?
Jawabannya adalah pada identitas yang menyertai perubahan penampilan atau emosi tersebut.
Misalkan teman kalian yang suka mengubah penampilan atau sering mengalami perubahan emosi tersebut bernama Edward. Jika ia mengubah penampilan atau mengalami perubahan emosi dan masih menganggap dirinya sebagai Edward, maka ia bukan penderita DID.
Untuk mengerti lebih dalam bagaimana cara membedakannya, lihat empat ciri di bawah ini. Jika di dalam diri seseorang terdapat empat ciri ini, maka bisa dipastikan kalau ia mengidap DID atau kepribadian ganda.
Ciri-ciri tersebut adalah:
o Harus ada dua atau lebih identitas atau kesadaran yang berbeda di dalam diri orang tersebut.
o Kepribadian-kepribadian ini secara berulang mengambil alih perilaku orang tersebut (Switching).
o Ada ketidakmampuan untuk mengingat informasi penting yang berkenaan dengan dirinya yang terlalu luar biasa untuk dianggap hanya sebagai lupa biasa.
o Gangguan-gangguan yang terjadi ini tidak terjadi karena efek psikologis dari substansi seperti alkohol atau obat-obatan atau karena kondisi medis seperti demam.
Dari empat poin ini, poin nomor 3 memegang peranan sangat penting.
98 persen mereka yang mengidap DID mengalami amnesia ketika sebuah identitas muncul (switching). Ketika kepribadian utama berhasil mengambil alih kembali, ia tidak bisa mengingat apa yang telah terjadi ketika identitas sebelumnya berkuasa.
Adapun kasus yang paling terkenal mengenai kepribadian ganda ini adalah Kasus Sybil Isabel Dorsett.
Salah satu kasus paling terkenal dalam hal kepribadian ganda adalah kasus yang dialami oleh Shirley Ardell Mason. Untuk menyembunyikan identitasnya, Cornelia Wilbur, sang psikolog yang menanganinya dan menulis buku mengenainya, menggunakan nama samaran Sybil Isabel Dorsett untuk menyebut Shirley. Dalam sesi terapi yang dilakukan oleh Cornelia, terungkap kalau Sybil memiliki 16 kepribadian yang berbeda, diantaranya adalah Clara, Helen, Marcia, Vanessa, Ruthi, Mike (Pria), Sid (Pria) dan lain-lain. Menurut Cornelia, 16 identitas yang muncul pada diri Sybil berasal dari trauma masa kecil akibat sering mengalami penyiksaan oleh ibunya.
Kisah Sybil menjadi terkenal karena pada masa itu kelainan ini masih belum dipahami sepenuhnya. Bukunya menjadi best seller pada tahun 1973 dan sebuah film dibuat mengenainya. Namun, pada tahun-tahun berikutnya, keabsahan kelainan yang dialami Sybil mulai dipertanyakan oleh para psikolog.
Menurut Dr.Herbert Spiegel yang juga menangani Sybil, 16 identitas yang berbeda tersebut sebenarnya muncul karena teknik hipnotis yang digunakan oleh Cornelia untuk mengobatinya. Bukan hanya itu, Cornelia bahkan menggunakan Sodium Pentothal (serum kejujuran) dalam terapinya. Dr.Spiegel percaya kalau 16 identitas tersebut diciptakan oleh Cornelia dengan menggunakan hipnotis. Ini sangat mungkin terjadi karena Sybil ternyata seorang yang sangat sugestif dan gampang dipengaruhi. Apalagi ditambah dengan obat-obatan yang jelas dapat membawa pengaruh kepada syarafnya. Kasus ini mirip dengan penciptaan false memory dalam pengalaman alien abduction yang pernah saya posting sebelumnya. Pendapat Dr.Spiegel dikonfrimasi oleh beberapa psikolog dan peneliti lainnya.
Peter Swales, seorang penulis yang pertama kali berhasil mengetahui kalau Sybil adalah Shirley juga setuju dengan pendapat ini. Dari hasil penyelidikan intensif yang dilakukannya, ia percaya kalau penyiksaan yang dipercaya dialami oleh Sybil sesungguhnya tidak pernah terjadi. Kemungkinan, semua ingatan mengenai penyiksaan itu (yang muncul karena sesi hipnotis) sebenarnya hanyalah ingatan yang ditanamkan oleh sang terapis, Cornelia Wilbur.
Jadi, bagi sebagian psikolog, DID tidak lain hanyalah sebuah false memory yang tercipta akibat pengaruh terapi hipnotis yang dilakukan oleh seorang psikolog. Tidak ada bukti kalau pengalaman traumatis bisa menciptakan banyak identitas baru di dalam diri seseorang.
Menurut Dr.Philip M Coons:
"Hubungan antara penyiksaan atau trauma masa kecil dengan Multiple Personality Disorder sesungguhnya tidak pernah dipercaya sebelum kasus Sybil"
Dengan kata lain, jika kasus Sybil hanyalah sebuah false memory, maka runtuhlah seluruh teori dissosiasi dalam hubungannya dengan kelainan kepribadian ganda. Ini juga berarti kalau kelainan kepribadian ganda sesungguhnya tidak pernah ada. Perdebatan ini masih terus berlanjut hingga saat ini dan saya percaya kedua pihak memiliki alasan yang sama kuat. Jika memang DID benar-benar ada dan hanya merupakan gejala psikologi biasa, mengapa masih ada hal-hal yang masih belum bisa dijelaskan oleh para psikolog?
Kasus yang lainnya adalah kasus Billy Milligan yang dianggap sebagai kasus DID yang paling menarik. Billy adalah seorang mahasiswa yang dihukum karena memperkosa beberapa wanita. Dalam sesi pemeriksaan kejiwaan, ditemukan 24 identitas berbeda dalam dirinya. Identitas yang mengaku bertanggung jawab atas tindakan pemerkosaan itu adalah seorang wanita. Identitas lain bernama Arthur yang merupakan orang Inggris dan memiliki pengetahuan luas. Dalam interogasi, Arthur ternyata bisa mengungkapkan keahliannya dalam hal medis, padahal Billy tidak pernah mempelajari soal-soal medis. Menariknya, Arthur ternyata lancar berbahasa Arab. Bahasa ini juga tidak pernah dipelajari oleh Billy. Identitas lain bernama Regan bisa berbicara dalam bahasa Serbia Kroasia. Billy juga tidak pernah mempelajari bahasa ini. Bagaimana Billy bisa berbicara dalam semua bahasa itu jika ia tidak pernah mempelajarinya? Misteri ini belum terpecahkan hingga hari ini. Kecuali tentu saja kalau kita menganggap Billy hanya mengalami kasus kerasukan setan dan tidak menderita DID.
Sabtu, 28 Mei 2011
Selasa, 17 Mei 2011
Motivasi Siswa Kelas XII SMA Dalam Mengikuti Bimbingan Intensive di BT/BS Medica Medan Agar Lulus Ujian Masuk PTN
★Untuk Laporan Tugas Mini Proyek Psikologi Pendidikan
Lihat disini
★Untuk Poster Tugas Mini Proyek Psikologi Pendidikan
Lihat disini
Tim Penyusun:
Santri Permana Tarigan (10 – 012)
M. Irfan Nasution (10 – 068)
Tota Fierda Ria A.S. (10 – 092)
Hespita Nora Sidabutar (10 – 096)
Putri Ratnaiskana P. (10 – 126)
TESTIMONI ANGGOTA KELOMPOK
Santri Permana
Saya merasa senang terhadap para siswa yang aktif merespon, dan itu menjadi pelajaran bagi saya untuk selalu menghargai dan responsif terhadap orang lain. Semangat....! :)
M. Irfan Nasution
Good job.... I like it. :D
Tota Fierda
Selama melakukan tugas mini proyek ini, saya merasa kesabaran sangat dibutuhkan. Terlebih lagi saat berhadapan dengan para responden, saya serasa ingin marah melihat para responden yang seakan-akan tidak peduli dalam pengisian angket. Akhir kata, tugas mini proyek ini memberikan pengalaman dalam melakukan penelitian. ^-^
Hespita Nora
Butuh perjuangan keras untuk akhirnya bisa menyelesaikan penyusunan laporan tugas mini proyek di mata kuliah Psikologi Pendidikan ini. Namun, pada akhirnya memberikan pelajaran tersendiri bagi kita sebagai pemula.
Satu kata buat tugas ini, “Woow...” ^_^
Putri Ratnaiskana
Sungguh sebuah pengalaman baru yang cukup berkesan bagi saya. Benar-benar butuh pengorbanan untuk bisa menyelesaikan tugas mini proyek ini. Meskipun berbagai macam perasaan bercampur aduk membaur menjadi satu, namun secara keseluruhan saya sangat menikmatinya.
Never say Give Up.. ^^
*Thank You*
Lihat disini
★Untuk Poster Tugas Mini Proyek Psikologi Pendidikan
Lihat disini
Tim Penyusun:
Santri Permana Tarigan (10 – 012)
M. Irfan Nasution (10 – 068)
Tota Fierda Ria A.S. (10 – 092)
Hespita Nora Sidabutar (10 – 096)
Putri Ratnaiskana P. (10 – 126)
TESTIMONI ANGGOTA KELOMPOK
Santri Permana
Saya merasa senang terhadap para siswa yang aktif merespon, dan itu menjadi pelajaran bagi saya untuk selalu menghargai dan responsif terhadap orang lain. Semangat....! :)
M. Irfan Nasution
Good job.... I like it. :D
Tota Fierda
Selama melakukan tugas mini proyek ini, saya merasa kesabaran sangat dibutuhkan. Terlebih lagi saat berhadapan dengan para responden, saya serasa ingin marah melihat para responden yang seakan-akan tidak peduli dalam pengisian angket. Akhir kata, tugas mini proyek ini memberikan pengalaman dalam melakukan penelitian. ^-^
Hespita Nora
Butuh perjuangan keras untuk akhirnya bisa menyelesaikan penyusunan laporan tugas mini proyek di mata kuliah Psikologi Pendidikan ini. Namun, pada akhirnya memberikan pelajaran tersendiri bagi kita sebagai pemula.
Satu kata buat tugas ini, “Woow...” ^_^
Putri Ratnaiskana
Sungguh sebuah pengalaman baru yang cukup berkesan bagi saya. Benar-benar butuh pengorbanan untuk bisa menyelesaikan tugas mini proyek ini. Meskipun berbagai macam perasaan bercampur aduk membaur menjadi satu, namun secara keseluruhan saya sangat menikmatinya.
Never say Give Up.. ^^
*Thank You*
Rabu, 11 Mei 2011
Andragogi
Andragogi pada mulanya diartikan sebagai seni dan ilmu yang bertugas untuk membantu dewasa belajar. Istilah tersebut dewasa ini mendefinisikan suatu alternatif terhadap pedagogi dan mengacu kepada pendidikan yang berfokuskan pada siswa untuk semua umur. Model andragogi menegaskan bahwa lima permasalahan yang harus diperhatikan dan dibahas dalam pembelajaran formal. Mereka adalah :
1). Dibiarkan siswa mengenal sesuatu kenapa sesuatu itu penting untuk dipelajari
2). Peragakan pada siswa bagaimana untuk mengarahkan diri mereka sendiri melalui informasi
3). Hubungakan topik tersebut dengan pengalaman siswa itu sendiri
4). Orang tidak akan belajar apa-apa kecuali jika mereka siap dan termotivasi untuk belajar
5). Dan sesuatu yang sering, perlu membantu mereka jika ditemui kendala seperti sikap dan kepercayaan tentang pembelajaran.
Sayangnya, andragogi disebut dalam teks pendidikan sebagai cara dewasa belajar. Knowels sendiri mengaku bahwa 4 dari kunci asumsi andragogi terterapkan secara seimbang baik itu untuk anak-anak atau dewasa. Perbedaan yang mendasar yaitu anak-anak memiliki pengalaman yang lebih sedikit dari pada orang dewasa.
Dalam jaman informasi ini, implikasi dari suatu gerakan dari yang berbasiskan guru menjadi yang berbasiskan siswa sesuatu hal yang mengagetkan. Penundaan atau menekan gejolak ini akan memperlambat kemampuan kita untuk belajar/mempelajari teknologi baru atau dalam mendapatkan ilmu pengetahuan yang kompetitif.
Bagaimana kita dapat mengharapkan menganalisa dan mensintesakan informasi seperti itu jika kita berpaling pada yang lainnya untuk menetapkan apa yang seharusnya dipelajari, dan bagaimana yang harus/akan dipelajari dan kapan yang akan dipelajari ?
Meskipun cucu-cucu kirta mungkin saja bebas dari biasnya pedagogi, namun sebagian besar dewasa hari ini tidak ditawarkan kemewahan seperti itu. Untuk sukses, kita harus meninggalkan atau melepaskan ketergantungan kita pada guru kita.
Kita harus melakukannya sendiri untuk memenuhi pembelajaran kita sendiri dan menuntut sipenyelenggara pelatihan melakukan hal yang serupa. Untuk mengetahui tuntutan kita, kita harus tahu bagaimana memproses informasi.
Sumber :
http://klubhausbuku.wordpress.com/2008/06/07/pengenalan-andragogi-pedagogi/
1). Dibiarkan siswa mengenal sesuatu kenapa sesuatu itu penting untuk dipelajari
2). Peragakan pada siswa bagaimana untuk mengarahkan diri mereka sendiri melalui informasi
3). Hubungakan topik tersebut dengan pengalaman siswa itu sendiri
4). Orang tidak akan belajar apa-apa kecuali jika mereka siap dan termotivasi untuk belajar
5). Dan sesuatu yang sering, perlu membantu mereka jika ditemui kendala seperti sikap dan kepercayaan tentang pembelajaran.
Sayangnya, andragogi disebut dalam teks pendidikan sebagai cara dewasa belajar. Knowels sendiri mengaku bahwa 4 dari kunci asumsi andragogi terterapkan secara seimbang baik itu untuk anak-anak atau dewasa. Perbedaan yang mendasar yaitu anak-anak memiliki pengalaman yang lebih sedikit dari pada orang dewasa.
Dalam jaman informasi ini, implikasi dari suatu gerakan dari yang berbasiskan guru menjadi yang berbasiskan siswa sesuatu hal yang mengagetkan. Penundaan atau menekan gejolak ini akan memperlambat kemampuan kita untuk belajar/mempelajari teknologi baru atau dalam mendapatkan ilmu pengetahuan yang kompetitif.
Bagaimana kita dapat mengharapkan menganalisa dan mensintesakan informasi seperti itu jika kita berpaling pada yang lainnya untuk menetapkan apa yang seharusnya dipelajari, dan bagaimana yang harus/akan dipelajari dan kapan yang akan dipelajari ?
Meskipun cucu-cucu kirta mungkin saja bebas dari biasnya pedagogi, namun sebagian besar dewasa hari ini tidak ditawarkan kemewahan seperti itu. Untuk sukses, kita harus meninggalkan atau melepaskan ketergantungan kita pada guru kita.
Kita harus melakukannya sendiri untuk memenuhi pembelajaran kita sendiri dan menuntut sipenyelenggara pelatihan melakukan hal yang serupa. Untuk mengetahui tuntutan kita, kita harus tahu bagaimana memproses informasi.
Sumber :
http://klubhausbuku.wordpress.com/2008/06/07/pengenalan-andragogi-pedagogi/
Pedagogi
Secara literal Pedagogi berarti seni dan ilmu pengetahuan tentang mendidik anak-anak dan sering digunakan sebagai sebuah sinonim untuk suatu pengajaran. Secara lebih tepatnya, Pedagogi mewujudkan pendidikan yang berfokuskan guru. Dalam suatu model pedagogi, guru memikul tanggungjawab untuk membuat keputusan tentang apa yang akan dipelajari, dan bagaimana ia akan dipelajari, dan kapan ia akan dipelajari. Guru mengarahkan pembelajaran.
Jhon Dewey percaya bahwa sekolah formal telah jatuh dan kehilangan potensinya. Dewey menekankan pembelajaran melalui kegiatan yang bervariasi dari pada suatu pembelajaran di mana kurikulum diatur guru secara tradisonal. Ia percaya bahwa, anak-anak belajar lebih banyak dari pengalaman yang terpadu dari pada instruksi yang bersifat autoritarian. Ia yakin berasal dari suatu filsafat pendidikan yang berfokuskan pada pelajar. Ia memegang prinsip bahwa pembelajaran adalah hidup itu sendiri dan bukan hanya membuat persiapan terhadap pendidikan itu sendiri.
Pendidikan dewasa juga telah menjadi korban dari model yang dipusatkan pada guru. Pada tahun 1926, Asosiasi Pendidikan Dewasa Amerika mulai dan dengan cepat mengkaji cara yang lebih baik untuk mendidik orang dewasa. Yang dipengaruhi oleh Dewey, Edwar C. Linderman menulis dalam arti dari pendidikan dewasa.
Sistem akademik kita telah tumbuh dengan tatanan yang berlawanan arah. Subjek dan guru merupakan titik awal. Sedangkan pelajar menjadi sesuatu yang di nomor duakan. Di dalam pendidikan yang konvensional si pelajar dituntut untuk menyesuaikan dirinya kepada suatu kurikulum yang telah terbuat secara baku. Sangat banyak pembelajaran terdiri dari pergantian “vicarious” (seperti merasakan sendiri dari pengalaman orang lain) dari penglaman seseorang dan ilmu pengetahuan seseorang. Ilmu psikologi mengajarkan kita bahwa kita belajar apa yang kita lakukan …. Pengalaman adalah texs book pembelajaran yang paling hidup bagi pelajar.
Sayangnya, hanya beberapa dari teori Dewey dan Linderman dapat diterapkan dalam pembelajaran modern baik itu untuk anak-anak maupun dewasa. Satu abad setelah Dewey mengusulkan pendidikan yang berfokuskan pada siswa, hampir semua pendidikan formal juga masih berfokuskan pada guru. Sebagai akibatnya, banyak pelajar meninggalkan sekolah dan kehilangan minat dalam pembelajaran. Bahkan seorang guru yang berniat baikpun dapat memadamkan insting pembelajaran yang bersifat alami dengan mengontrol lingkungan pembelajaran. Dengan orang dewasa, beberapa memandang pembelajaran sebagai suatu kegiatan yang melahkan dan membosankan.
Sumber :
http://klubhausbuku.wordpress.com/2008/06/07/pengenalan-andragogi-pedagogi/
Jhon Dewey percaya bahwa sekolah formal telah jatuh dan kehilangan potensinya. Dewey menekankan pembelajaran melalui kegiatan yang bervariasi dari pada suatu pembelajaran di mana kurikulum diatur guru secara tradisonal. Ia percaya bahwa, anak-anak belajar lebih banyak dari pengalaman yang terpadu dari pada instruksi yang bersifat autoritarian. Ia yakin berasal dari suatu filsafat pendidikan yang berfokuskan pada pelajar. Ia memegang prinsip bahwa pembelajaran adalah hidup itu sendiri dan bukan hanya membuat persiapan terhadap pendidikan itu sendiri.
Pendidikan dewasa juga telah menjadi korban dari model yang dipusatkan pada guru. Pada tahun 1926, Asosiasi Pendidikan Dewasa Amerika mulai dan dengan cepat mengkaji cara yang lebih baik untuk mendidik orang dewasa. Yang dipengaruhi oleh Dewey, Edwar C. Linderman menulis dalam arti dari pendidikan dewasa.
Sistem akademik kita telah tumbuh dengan tatanan yang berlawanan arah. Subjek dan guru merupakan titik awal. Sedangkan pelajar menjadi sesuatu yang di nomor duakan. Di dalam pendidikan yang konvensional si pelajar dituntut untuk menyesuaikan dirinya kepada suatu kurikulum yang telah terbuat secara baku. Sangat banyak pembelajaran terdiri dari pergantian “vicarious” (seperti merasakan sendiri dari pengalaman orang lain) dari penglaman seseorang dan ilmu pengetahuan seseorang. Ilmu psikologi mengajarkan kita bahwa kita belajar apa yang kita lakukan …. Pengalaman adalah texs book pembelajaran yang paling hidup bagi pelajar.
Sayangnya, hanya beberapa dari teori Dewey dan Linderman dapat diterapkan dalam pembelajaran modern baik itu untuk anak-anak maupun dewasa. Satu abad setelah Dewey mengusulkan pendidikan yang berfokuskan pada siswa, hampir semua pendidikan formal juga masih berfokuskan pada guru. Sebagai akibatnya, banyak pelajar meninggalkan sekolah dan kehilangan minat dalam pembelajaran. Bahkan seorang guru yang berniat baikpun dapat memadamkan insting pembelajaran yang bersifat alami dengan mengontrol lingkungan pembelajaran. Dengan orang dewasa, beberapa memandang pembelajaran sebagai suatu kegiatan yang melahkan dan membosankan.
Sumber :
http://klubhausbuku.wordpress.com/2008/06/07/pengenalan-andragogi-pedagogi/
Selasa, 03 Mei 2011
Ada Apa Dengan Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia ?
"What's Wrong with The Early Childhood Education in Indonesia?" Begitu judul acara seminar kecil bersama Profesor Sandralyn Byrnes dari Royal Tots Academy yang digelar saat event Giggle Playgroup Day 2011, gelaran Miniapolis & Giggle Management, Jumat, 11 Februari 2011.
Apa yang salah dengan pendidikan anak usia dini di Indonesia? Saat ini sudah ada begitu banyak lembaga-lembaga pendidikan anak usia dini yang berdiri di Indonesia, khususnya di kota-kota besar. Mulai dari yang bersertifikasi internasional, berlatar agama, hingga lainnya. Begitu banyaknya penawaran dan embel-embel tersebut, tak heran orangtua kebingungan harus memilih yang mana yang tepat untuk anak.
Selama 7 tahun meriset dan mencari tahu mengenai proses pendidikan anak usia dini di Indonesia, Byrnes menemukan beberapa hal yang mengganjal. "Pertama, pendidikan anak usia dini tidak memiliki kurikulum yang universal," ungkap Byrnes yang merupakan kepala sekolah Royal Tots Academy, Kuningan, Jakarta. Tidak adanya standar universal membuat begitu banyak sekolah untuk anak usia dini yang bermunculan. "Belum ada yang membuat batasan, di usia anak sekian, ia harus sudah bisa melakukan apa saja. Jadi, beda sekolah, beda standar. Padahal tak sedikit yang menggunakan embel-embel 'internasional'. Embel-embel tersebut ternyata tidak menjadi jaminan kualitasnya," papar Byrnes yang diberi gelar sebagai Australia's & International Teacher of the Year.
"Namun, pada umumnya, kita semua tahu bahwa pendidikan anak usia dini itu penting, karena di usia inilah anak membentuk pendidikan yang paling bagus. Di usia inilah anak-anak harus membentuk kesiapan dirinya menghadapi masa sekolah dan masa depan. Investasi terbaik yang bisa Anda berikan untuk anak-anak adalah persiapan pendidikan mereka di usia dini," terang Byrnes yang berasal dari Australia ini.
Lebih lanjut, Byrnes mengungkapkan salah satu hal yang membuatnya kecewa adalah sering terjadi power struggle (tarik-ulur kekuatan) antara anak dengan gurunya. Ini bisa menjadi indikasi bahwa kurikulum atau cara guru mengajar membuat anak tidak merasa kerasan. Seharusnya sumber daya pengajar memiliki pengetahuan bagaimana cara menghadapi anak-anak, karena setiap anak berbeda.
Menurut Byrnes, beberapa lembaga pendidikan usia dini yang ia datangi di Indonesia tidak konsisten. Bahkan, beberapa sekolah anak usia dini yang ia temui memperbolehkan pengasuhnya ikut ke dalam kelas. "Buat saya, pengasuh mengambil alih otoritas orangtua. Saya tidak menyarankan pengasuh ke dalam ruang kelas. Ada alasannya. Anak-anak harus belajar mandiri. Saya pernah melihat dalam kelas ada seorang anak yang selalu dipangku pengasuhnya. Begitu guru mengajaknya belajar, ia malah memeluk pengasuh dan menolak diajak guru. Artinya, mereka tidak berani melakukan sesuatu. Anak-anak usia dini seharusnya pengambil risiko," terang Byrnes.
Byrnes mengungkap kembali bahwa saat ini pendidikan anak usia dini di Indonesia belum merata, bahkan sertifikasinya pun tidak menjadi jaminan. "Jika Anda mau pendidikan yang terbaik untuk anak-anak, maka pencarian sekolah pendidikan anak usia dini menjadi pekerjaan rumah terpenting para orangtua. Cari dengan hati-hati, jangan tergesa-gesa," sarannya.
Perlu diketahui lagi, ungkap Byrnes, pendidikan anak usia dini di Indonesia tidak sama, karena tidak disubsidi pemerintah seperti kebanyakan negara lain. "Karena itu, lihatlah uang sekolah untuk anak di usia dini sebagai investasi. Ketahuilah bahwa proses pendidikan anak tidak dimulai dari sekolah dasar, tetapi dari 18 bulan," ungkap Byrnes
Yang jadi masalah di lembaga pendidikan anak usia dini di Indonesia, tegas Byrnes, adalah kurangnya pelatihan guru-guru agar terus menjadi lebih baik, tak adanya kerjasama antara sekolah dengan orangtua, dan kurang kerjasama dengan lembaga-lembaga pendidikan anak usia dini lainnya.
sumber :
http://female.kompas.com/read/2011/02/12/19564528/Ada.Apa.dengan.Pendidikan.Anak.Usia.Dini.di.Indonesia.
Apa yang salah dengan pendidikan anak usia dini di Indonesia? Saat ini sudah ada begitu banyak lembaga-lembaga pendidikan anak usia dini yang berdiri di Indonesia, khususnya di kota-kota besar. Mulai dari yang bersertifikasi internasional, berlatar agama, hingga lainnya. Begitu banyaknya penawaran dan embel-embel tersebut, tak heran orangtua kebingungan harus memilih yang mana yang tepat untuk anak.
Selama 7 tahun meriset dan mencari tahu mengenai proses pendidikan anak usia dini di Indonesia, Byrnes menemukan beberapa hal yang mengganjal. "Pertama, pendidikan anak usia dini tidak memiliki kurikulum yang universal," ungkap Byrnes yang merupakan kepala sekolah Royal Tots Academy, Kuningan, Jakarta. Tidak adanya standar universal membuat begitu banyak sekolah untuk anak usia dini yang bermunculan. "Belum ada yang membuat batasan, di usia anak sekian, ia harus sudah bisa melakukan apa saja. Jadi, beda sekolah, beda standar. Padahal tak sedikit yang menggunakan embel-embel 'internasional'. Embel-embel tersebut ternyata tidak menjadi jaminan kualitasnya," papar Byrnes yang diberi gelar sebagai Australia's & International Teacher of the Year.
"Namun, pada umumnya, kita semua tahu bahwa pendidikan anak usia dini itu penting, karena di usia inilah anak membentuk pendidikan yang paling bagus. Di usia inilah anak-anak harus membentuk kesiapan dirinya menghadapi masa sekolah dan masa depan. Investasi terbaik yang bisa Anda berikan untuk anak-anak adalah persiapan pendidikan mereka di usia dini," terang Byrnes yang berasal dari Australia ini.
Lebih lanjut, Byrnes mengungkapkan salah satu hal yang membuatnya kecewa adalah sering terjadi power struggle (tarik-ulur kekuatan) antara anak dengan gurunya. Ini bisa menjadi indikasi bahwa kurikulum atau cara guru mengajar membuat anak tidak merasa kerasan. Seharusnya sumber daya pengajar memiliki pengetahuan bagaimana cara menghadapi anak-anak, karena setiap anak berbeda.
Menurut Byrnes, beberapa lembaga pendidikan usia dini yang ia datangi di Indonesia tidak konsisten. Bahkan, beberapa sekolah anak usia dini yang ia temui memperbolehkan pengasuhnya ikut ke dalam kelas. "Buat saya, pengasuh mengambil alih otoritas orangtua. Saya tidak menyarankan pengasuh ke dalam ruang kelas. Ada alasannya. Anak-anak harus belajar mandiri. Saya pernah melihat dalam kelas ada seorang anak yang selalu dipangku pengasuhnya. Begitu guru mengajaknya belajar, ia malah memeluk pengasuh dan menolak diajak guru. Artinya, mereka tidak berani melakukan sesuatu. Anak-anak usia dini seharusnya pengambil risiko," terang Byrnes.
Byrnes mengungkap kembali bahwa saat ini pendidikan anak usia dini di Indonesia belum merata, bahkan sertifikasinya pun tidak menjadi jaminan. "Jika Anda mau pendidikan yang terbaik untuk anak-anak, maka pencarian sekolah pendidikan anak usia dini menjadi pekerjaan rumah terpenting para orangtua. Cari dengan hati-hati, jangan tergesa-gesa," sarannya.
Perlu diketahui lagi, ungkap Byrnes, pendidikan anak usia dini di Indonesia tidak sama, karena tidak disubsidi pemerintah seperti kebanyakan negara lain. "Karena itu, lihatlah uang sekolah untuk anak di usia dini sebagai investasi. Ketahuilah bahwa proses pendidikan anak tidak dimulai dari sekolah dasar, tetapi dari 18 bulan," ungkap Byrnes
Yang jadi masalah di lembaga pendidikan anak usia dini di Indonesia, tegas Byrnes, adalah kurangnya pelatihan guru-guru agar terus menjadi lebih baik, tak adanya kerjasama antara sekolah dengan orangtua, dan kurang kerjasama dengan lembaga-lembaga pendidikan anak usia dini lainnya.
sumber :
http://female.kompas.com/read/2011/02/12/19564528/Ada.Apa.dengan.Pendidikan.Anak.Usia.Dini.di.Indonesia.
Selasa, 26 April 2011
Perbedaan Psikologi Pendidikan dan Psikologi Sekolah
Istilah psikologi pendidikan dan psikologi sekolah sering dipertukarkan karena psikologi pendidikan juga berkecimpung di ranah sekolah. Sebenarnya Teoris dan peneliti lebih diidentifikasi sebagai psikolog pendidikan, sementara praktisi di sekolah lebih diidentifikasi sebagai psikolog sekolah. Berikut ini perbedaan keduanya.
1. Psikologi Pendidikan
Psikologi pendidikan adalah perkembangan dari psikologi perkembangan dan psikologi sosial, sehingga hampir sebagian besar teori-teori dalam psikologi perkembangan dan psikologi sosial digunakan di psikologi pendidikan. Psikologi pendidikan mempelajari bagaimana manusia belajar dalam setting pendidikan, keefektifan sebuah pengajaran, cara mengajar, dan pengelolaan organisasi sekolah. Psikologi pendidikan mengambil masalah-masalah yang dialami oleh orang muda dalam pendidikan yang mencakup masalah kesulitan belajar atau masalah emosi dan sosial. Mereka mengambil tugas untuk membantu proses belajar anak dan memampukan guru menjadi lebih sadar akan faktor-faktor social yang berkatinan dengan pengajaran dan belajar. Psikolog pendidikan biasa bekerja di lingkungan sekolah, perguruan tinggi dan di lingkungan pendidikan anak, terutama bekerja dengan guru dan orang tua. Mereka dapat bekerja secara langsung dengan anak (misal memeriksa perkembangan, memberikan konseling) dan secara tidak langsung (dengan orang tua, guru dan profesional lainnya). Karena harus bekerja dengan manusia, psikolog pendidikan haruslah familier dengan pendekatan-pendekatan tradisional tentang studi perilaku, humanistik, kognitif dan psikoanalis.
Tugas dari psikolog pendidikan meliputi :
• Mengembangkan dan mendukung program pengelolaan terapi dan perilaku
• Merancang dan mengembangkan kursus untuk orang tua, guru dan lain-lain yang terlibat dengan pendidikan anak-anak dan remaja
• Merancang dan mengembangkan proyek-proyek yang melibatkan anak-anak dan kaum muda
• Menasihati, membujuk dan mendukung guru, orangtua dan professional pendidikan lainnya
• Penghubung dengan profesional lain dan memfasilitasi pertemuan, diskusi dan kursus
• Mengembangkan dan meninjau kebijakan-kebijakan
• Melakukan penelitian aktif
2. Psikologi Sekolah
Psikologi sekolah berusaha menciptakan situasi yang mendukung bagi anak didik dalam mengembangkan kemampuan akademik, sosialisasi, dan emosi. Seorang Psikolog sekolah harus mampu meningkatkan kualitas sekolah. Selain itu, Psikolog sekolah bisa memberikan penilaian intelegensia guru, inovasi guru dalam mengajar, dan lain sebagainya.
Tugas dari Psikolog Sekolah meliputi :
• Berkonsultasi dengan guru, orang tua, administrator, dan masyarakat penyedia kesehatan mental tentang belajar, sosial, dan masalah perilaku
• Terlibat dalam kegiatan sekolah dalam aktivitas menyehatkan
• Membantu pendidik dalam membuat suasana aman, kelas sehat dan lingkungan sekolah yang tenang
• Menilai dan mengevaluasi berbagai masalah yang berkaitan sekolah dan aset anak dan remaja di sekolah yang ditugaskan
• Intervensi langsung dengan siswa dan keluarga melalui konseling individu, kelompok pendukung, dan pelatihan keterampilan
• Mengkomunikasikan hasil evaluasi psikologis untuk orang tua, guru, dan lain-lain sehingga mereka dapat memahami sifat kesulitan siswa dan bagaimana untuk melayani kebutuhan
Sumber :
http://pembelajaranguru.wordpress.com/2008/05/25/psikologi-pendidikan-sub-disiplin-ilmu-psikologi/
http://www.today.co.id/read/2011/04/01/21786/psikolog_sekolah_bisa_gantikan_peran_guru_bk
http://ibanezs.multiply.com/journal/item/6/ilmu_psikologi
1. Psikologi Pendidikan
Psikologi pendidikan adalah perkembangan dari psikologi perkembangan dan psikologi sosial, sehingga hampir sebagian besar teori-teori dalam psikologi perkembangan dan psikologi sosial digunakan di psikologi pendidikan. Psikologi pendidikan mempelajari bagaimana manusia belajar dalam setting pendidikan, keefektifan sebuah pengajaran, cara mengajar, dan pengelolaan organisasi sekolah. Psikologi pendidikan mengambil masalah-masalah yang dialami oleh orang muda dalam pendidikan yang mencakup masalah kesulitan belajar atau masalah emosi dan sosial. Mereka mengambil tugas untuk membantu proses belajar anak dan memampukan guru menjadi lebih sadar akan faktor-faktor social yang berkatinan dengan pengajaran dan belajar. Psikolog pendidikan biasa bekerja di lingkungan sekolah, perguruan tinggi dan di lingkungan pendidikan anak, terutama bekerja dengan guru dan orang tua. Mereka dapat bekerja secara langsung dengan anak (misal memeriksa perkembangan, memberikan konseling) dan secara tidak langsung (dengan orang tua, guru dan profesional lainnya). Karena harus bekerja dengan manusia, psikolog pendidikan haruslah familier dengan pendekatan-pendekatan tradisional tentang studi perilaku, humanistik, kognitif dan psikoanalis.
Tugas dari psikolog pendidikan meliputi :
• Mengembangkan dan mendukung program pengelolaan terapi dan perilaku
• Merancang dan mengembangkan kursus untuk orang tua, guru dan lain-lain yang terlibat dengan pendidikan anak-anak dan remaja
• Merancang dan mengembangkan proyek-proyek yang melibatkan anak-anak dan kaum muda
• Menasihati, membujuk dan mendukung guru, orangtua dan professional pendidikan lainnya
• Penghubung dengan profesional lain dan memfasilitasi pertemuan, diskusi dan kursus
• Mengembangkan dan meninjau kebijakan-kebijakan
• Melakukan penelitian aktif
2. Psikologi Sekolah
Psikologi sekolah berusaha menciptakan situasi yang mendukung bagi anak didik dalam mengembangkan kemampuan akademik, sosialisasi, dan emosi. Seorang Psikolog sekolah harus mampu meningkatkan kualitas sekolah. Selain itu, Psikolog sekolah bisa memberikan penilaian intelegensia guru, inovasi guru dalam mengajar, dan lain sebagainya.
Tugas dari Psikolog Sekolah meliputi :
• Berkonsultasi dengan guru, orang tua, administrator, dan masyarakat penyedia kesehatan mental tentang belajar, sosial, dan masalah perilaku
• Terlibat dalam kegiatan sekolah dalam aktivitas menyehatkan
• Membantu pendidik dalam membuat suasana aman, kelas sehat dan lingkungan sekolah yang tenang
• Menilai dan mengevaluasi berbagai masalah yang berkaitan sekolah dan aset anak dan remaja di sekolah yang ditugaskan
• Intervensi langsung dengan siswa dan keluarga melalui konseling individu, kelompok pendukung, dan pelatihan keterampilan
• Mengkomunikasikan hasil evaluasi psikologis untuk orang tua, guru, dan lain-lain sehingga mereka dapat memahami sifat kesulitan siswa dan bagaimana untuk melayani kebutuhan
Sumber :
http://pembelajaranguru.wordpress.com/2008/05/25/psikologi-pendidikan-sub-disiplin-ilmu-psikologi/
http://www.today.co.id/read/2011/04/01/21786/psikolog_sekolah_bisa_gantikan_peran_guru_bk
http://ibanezs.multiply.com/journal/item/6/ilmu_psikologi
Selasa, 19 April 2011
Perlunya Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah
A. Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar
Sekolah dasar bertanggung jawab memberikan pengalaman-pengalaman dasar kepada anak, yaitu kemampuan dan kecakapan membaca, menulis dan berhitung, pengetahuan umum serta perkembangan kepribadian, yaitu sikap terbuka terhadap orang lain, penuh inisiatif, kreatifitas, dan kepemimpinan, ketrampilan serta sikap bertanggung jawab guru sekolah dasar memegang peranan dan memikul tanggung jawab untuk memahami anak dan membantu perkembangan social pribadi anak. Proses yang terpenting dalam pentingnya bimbingan adalah proses penemuan diri sendiri. Hal tersebut akan membantu anak mengadakan penyesuaian terhadap situasi baru, mengembangkan kemampuan anak untuk memahami diri sendiri dan meerapkannya dalam situasi mendatang. Bimbingan bukan lagi suatu tindakan yang bersifat hanya mengatasi setiap krisis yang dihadapi oleh anak, tetapi juga merupakan suatu pemikiran tentang perkembangan anak sebagai pribadi dengan segala kebutuhan, minat dan kemampuan yang harus berkembang.
Tuntutan untuk mengadakan identifikasi secara awal diakui kebenarannya oleh para ahli bimbingan karena:
a. kepribadian anak masih luwes, belum menemukan banyak masalah hidup, mudah terbentuk dan masih akan banyak mengalami perkembangan.
b. orang tua murid sering berhubungan dengan guru dan mudah dibentuk hubungan tersebut,orang tua juga aktif pendidikan anaknya disekolah.
c. masa depan anak masih terbuka sehingga dapat belajar mengenali diri sendiri dan dapat menghadapi suatu masalah dikemudian hari.
Konsep psikologi belajar mengenai kesiapan belajar menunjukan bahwa hambatan pendidikan dapat timbul jika kurikulum diberikan kepada anak terlalu cepat/terlalu lambat, untuk menghadapi perubahan dan perkembangan pendidikan yang terus menerus perlu adanya penyuluhan untuk menumbahkan motivasi dan menciptakan situasi balajar dengan baik sehingga diperoleh kreatifitas dan kepemimpinan yang positif pada aktrifitas melalui penyuluhan kepada orang tua dan murid.
B. Bimbingan Konseling di Sekolah Mengah
Tujuan pendidikan menengah acap kali dibiaskan oleh pandangan umum; demi mutu keberhasilan akademis seperti persentase lulusan, tingginya nilai Ujian Nasional, atau persentase kelanjutan ke perguruan tinggi negeri. Kenyataan ini sulit dipungkiri, karena secara sekilas tujuan kurikulum menekankan penyiapan peserta didik (sekolah menengah umum/SMU) untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi atau penyiapan peserta didik (sekolah menengah kejuruan/SMK) agar sanggup memasuki dunia kerja. Penyiapan peserta didik demi melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi akan melulu memperhatikan sisi materi pelajaran, agar para lulusannya dapat lolos tes masuk perguruan tinggi. Akibatnya, proses pendidikan di jenjang sekolah menengah akan kehilangan bobot dalam proses pembentukan pribadi. Betapa pembentukan pribadi, pendampingan pribadi, pengasahan nilai-nilai kehidupan (values) dan pemeliharaan kepribadian siswa (cura personalis) terabaikan. Peran konselor dengan lembaga bimbingan konseling (BK) direduksi sekadar sebagai polisi sekolah. Bimbingan konseling yang sebenarnya paling potensial menggarap pemeliharaan pribadi-pribadi, ditempatkan dalam konteks tindakan-tindakan yang menyangkut disipliner siswa. Memanggil, memarahi, menghukum adalah proses klasik yang menjadi label BK di banyak sekolah. Dengan kata lain, BK diposisikan sebagai “musuh” bagi siswa bermasalah atau nakal. Merujuk pada rumusan Winkel untuk menunjukkan hakikat bimbingan konseling di sekolah yang dapat mendampingi siswa dalam beberapa hal.
• Dalam perkembangan belajar di sekolah (perkembangan akademis
• Mengenal diri sendiri dan mengerti kemungkinan-kemungkinan yang terbuka bagi mereka, sekarang maupun kelak
• Menentukan cita-cita dan tujuan dalam hidupnya, serta menyusun rencana yang tepat untuk mencapai tujuan-tujuan itu
• Mengatasi masalah pribadi yang mengganggu belajar di sekolah dan terlalu mempersukar hubungan dengan orang lain, atau yang mengaburkan cita-cita hidup.
Empat peran di atas dapat efektif, jika BK didukung oleh mekanisme struktural di suatu sekolah. Bimbingan konseling dengan para konselornya disandingkan dengan bagian kesiswaan. Wakil kepala sekolah bagian kesiswaan dihadirkan untuk mengambil peran disipliner dan hal-hal yang berkait dengan ketertiban serta penegakan tata tertib. Siswa bolos, berkelahi, pakaian tidak tertib, bukan lagi konselor yang menegur dan memberi sanksi. Reward dan punishment, pujian dan hukuman adalah dua hal yang mesti ada bersama-sama. Pemilahan peran demikian memungkinkan BK optimal dalam banyak hal yang bersifat reward atau peneguhan. Jika tidak demikian, BK lebih mudah terjebak dalam tindakan hukum-menghukum. Mendesak untuk diwujudkan, prinsip keseimbangan dalam pendampingan orang-orang muda yang masih dalam tahap pencarian diri. Orang-orang muda di sekolah menengah lazimnya dihadapkan pada celaan, cacian, cercaan, dan segala sumpah-serapah kemarahan jika membuat kekeliruan. Namun, jika melakukan hal-hal yang positif atau kebaikan, kering pujian, sanjungan atau peneguhan. Betapa ketimpangan ini membentuk pribadi-pribadi yang memiliki gambaran diri negatif belaka. Jika seluruh komponen kependidikan di sekolah bertindak sebagai yang menghakimi dan memberikan vonis serta hukuman, maka semakin lengkaplah pembentukan pribadi-pribadi yang tidak seimbang. Di sana menjadi tempat setiap persoalan diadukan, setiap problem dibantu untuk diuraikan, sekaligus setiap kebanggaan diri diteguhkan. Bahkan orangtua siswa dapat mengambil manfaat dari pelayanan bimbingan di sekolah, sejauh mereka dapat ditolong untuk lebih mengerti akan anak mereka.
Sekolah dasar bertanggung jawab memberikan pengalaman-pengalaman dasar kepada anak, yaitu kemampuan dan kecakapan membaca, menulis dan berhitung, pengetahuan umum serta perkembangan kepribadian, yaitu sikap terbuka terhadap orang lain, penuh inisiatif, kreatifitas, dan kepemimpinan, ketrampilan serta sikap bertanggung jawab guru sekolah dasar memegang peranan dan memikul tanggung jawab untuk memahami anak dan membantu perkembangan social pribadi anak. Proses yang terpenting dalam pentingnya bimbingan adalah proses penemuan diri sendiri. Hal tersebut akan membantu anak mengadakan penyesuaian terhadap situasi baru, mengembangkan kemampuan anak untuk memahami diri sendiri dan meerapkannya dalam situasi mendatang. Bimbingan bukan lagi suatu tindakan yang bersifat hanya mengatasi setiap krisis yang dihadapi oleh anak, tetapi juga merupakan suatu pemikiran tentang perkembangan anak sebagai pribadi dengan segala kebutuhan, minat dan kemampuan yang harus berkembang.
Tuntutan untuk mengadakan identifikasi secara awal diakui kebenarannya oleh para ahli bimbingan karena:
a. kepribadian anak masih luwes, belum menemukan banyak masalah hidup, mudah terbentuk dan masih akan banyak mengalami perkembangan.
b. orang tua murid sering berhubungan dengan guru dan mudah dibentuk hubungan tersebut,orang tua juga aktif pendidikan anaknya disekolah.
c. masa depan anak masih terbuka sehingga dapat belajar mengenali diri sendiri dan dapat menghadapi suatu masalah dikemudian hari.
Konsep psikologi belajar mengenai kesiapan belajar menunjukan bahwa hambatan pendidikan dapat timbul jika kurikulum diberikan kepada anak terlalu cepat/terlalu lambat, untuk menghadapi perubahan dan perkembangan pendidikan yang terus menerus perlu adanya penyuluhan untuk menumbahkan motivasi dan menciptakan situasi balajar dengan baik sehingga diperoleh kreatifitas dan kepemimpinan yang positif pada aktrifitas melalui penyuluhan kepada orang tua dan murid.
B. Bimbingan Konseling di Sekolah Mengah
Tujuan pendidikan menengah acap kali dibiaskan oleh pandangan umum; demi mutu keberhasilan akademis seperti persentase lulusan, tingginya nilai Ujian Nasional, atau persentase kelanjutan ke perguruan tinggi negeri. Kenyataan ini sulit dipungkiri, karena secara sekilas tujuan kurikulum menekankan penyiapan peserta didik (sekolah menengah umum/SMU) untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi atau penyiapan peserta didik (sekolah menengah kejuruan/SMK) agar sanggup memasuki dunia kerja. Penyiapan peserta didik demi melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi akan melulu memperhatikan sisi materi pelajaran, agar para lulusannya dapat lolos tes masuk perguruan tinggi. Akibatnya, proses pendidikan di jenjang sekolah menengah akan kehilangan bobot dalam proses pembentukan pribadi. Betapa pembentukan pribadi, pendampingan pribadi, pengasahan nilai-nilai kehidupan (values) dan pemeliharaan kepribadian siswa (cura personalis) terabaikan. Peran konselor dengan lembaga bimbingan konseling (BK) direduksi sekadar sebagai polisi sekolah. Bimbingan konseling yang sebenarnya paling potensial menggarap pemeliharaan pribadi-pribadi, ditempatkan dalam konteks tindakan-tindakan yang menyangkut disipliner siswa. Memanggil, memarahi, menghukum adalah proses klasik yang menjadi label BK di banyak sekolah. Dengan kata lain, BK diposisikan sebagai “musuh” bagi siswa bermasalah atau nakal. Merujuk pada rumusan Winkel untuk menunjukkan hakikat bimbingan konseling di sekolah yang dapat mendampingi siswa dalam beberapa hal.
• Dalam perkembangan belajar di sekolah (perkembangan akademis
• Mengenal diri sendiri dan mengerti kemungkinan-kemungkinan yang terbuka bagi mereka, sekarang maupun kelak
• Menentukan cita-cita dan tujuan dalam hidupnya, serta menyusun rencana yang tepat untuk mencapai tujuan-tujuan itu
• Mengatasi masalah pribadi yang mengganggu belajar di sekolah dan terlalu mempersukar hubungan dengan orang lain, atau yang mengaburkan cita-cita hidup.
Empat peran di atas dapat efektif, jika BK didukung oleh mekanisme struktural di suatu sekolah. Bimbingan konseling dengan para konselornya disandingkan dengan bagian kesiswaan. Wakil kepala sekolah bagian kesiswaan dihadirkan untuk mengambil peran disipliner dan hal-hal yang berkait dengan ketertiban serta penegakan tata tertib. Siswa bolos, berkelahi, pakaian tidak tertib, bukan lagi konselor yang menegur dan memberi sanksi. Reward dan punishment, pujian dan hukuman adalah dua hal yang mesti ada bersama-sama. Pemilahan peran demikian memungkinkan BK optimal dalam banyak hal yang bersifat reward atau peneguhan. Jika tidak demikian, BK lebih mudah terjebak dalam tindakan hukum-menghukum. Mendesak untuk diwujudkan, prinsip keseimbangan dalam pendampingan orang-orang muda yang masih dalam tahap pencarian diri. Orang-orang muda di sekolah menengah lazimnya dihadapkan pada celaan, cacian, cercaan, dan segala sumpah-serapah kemarahan jika membuat kekeliruan. Namun, jika melakukan hal-hal yang positif atau kebaikan, kering pujian, sanjungan atau peneguhan. Betapa ketimpangan ini membentuk pribadi-pribadi yang memiliki gambaran diri negatif belaka. Jika seluruh komponen kependidikan di sekolah bertindak sebagai yang menghakimi dan memberikan vonis serta hukuman, maka semakin lengkaplah pembentukan pribadi-pribadi yang tidak seimbang. Di sana menjadi tempat setiap persoalan diadukan, setiap problem dibantu untuk diuraikan, sekaligus setiap kebanggaan diri diteguhkan. Bahkan orangtua siswa dapat mengambil manfaat dari pelayanan bimbingan di sekolah, sejauh mereka dapat ditolong untuk lebih mengerti akan anak mereka.
Selasa, 12 April 2011
Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Masih Minim
Pendidikan untuk anak-anak berkebutuhan khusus baik yang dilayani lewat pendidikan khusus dan pendidikan layanan khusus masih minim. Bagi anak-anak berkebutuhan khusus yang menyandang beragam masalah ketunaan, hingga saat ini baru sekitar 20 persen dari 346.800 anak lebih yang bisa mengenyam pendidikan di sekolah-sekolah khusus.
Menururt Eko Djatmiko Sukarso, Direktur Pembinaan Sekolah Luar Biasa Depdiknas, pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus bukan hanya meliputi penyandang cacat yang mengenyam pendidikan di sekolah-sekolah luar biasa. Pendidikan dengan cara yang khusus atau dinamakan pendidikan layanan khusus (PLK) juga dibutuhkan untuk melayani anak-anak cerdas istimewa/berbakat istimewa, anak-anak tenaga kerja indonesia (TKI) di daerah perbatasan dan luar negeri, anak-anak jalanan, anak-anak di dalam lembaga tahanan masyarakat, anak-anak korban bencana alam, anak-anak yang menderita HIV/AIDS, anak-anak pelacur, anak-anak korban perdagangan orang, hingga anak-anak suku terasing.
Untuk anak-anak cerdas/berbakat istimewa yang diperkirakan jumlahnya sekitar 2,2 persen dari jumlah anak usia sekolah, baru sekitar 0,43 persen yang terlayani lewat pendidikan di kelas-kelas akselerasi. Sekitar 1 juta lebih anak-anak bangsa yang cerdas/berbakat istimewa yang potensial untuk mendukung kemajuan ilmu pengetahauan dan teknologi, seni, budaya, dan bidang-bidang lainnya yang bisa mendukung kemajuan bangsa di masa depan belum menikmati pendidikan sesuai kebutuhan mereka.
Meskipun masih banyak anak-anak berkebutuhan khusus yang belum terlayani, kata Eko, justru alokasi dana untuk layanan pendidikan itu sangat kecil. Bahkan, untuk tahun depan, dana pendidikan jenis ini anggarannya dipotong sepertiga dari kebutuhan riilnya. "Tetapi dengan dana terbatas, kami tetap berusaha untuk bisa mengembangkan sekolah-sekolah model untuk membuktikan pada masyarakat sekitar, bawa anak-anak ini bisa berkembang asal diberi kesempatan yang sama, termasuk dalam pendidikan" kata Eko.
Bekali keterampilan dan teknologi informasi
Pembelajaran bagi anak-anak berkebutuhan khusus ditekankan pada penguasaan keterampilan-keterampilan dan penguasaan teknologi informasi dan komunikasi. Upaya tersebut sebagai langkah untuk meningkatkan kompetensi anak-anak berkebutuhan khusus untuk bisa mandiri dengan mengembangkan potensi yang mereka miliki.
Namun, kata Eko, orientasi pembelajaran anak-anak berkebutuhan khusus untuk lebih menguasai keterampilan-keterampilan dan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) itu hingga saat ini masih menghadapi kendala. Selain minimnya sarana dan prasarana workshop beragam keterampilan, persoalan yang cukup serius adalah kurangnya guru-guru yang mampu mengajarkan keterampilan-keterampilan yang dikembangkan dalam pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus di seluruh Indonesia.
Dalam peningkatan penguasaan TIK bagi anak-anak berkebutuhan khusus, kata Eko, pihaknya mendapat dukungan dari perusahaan-perusahaan TIK. Salah satunya IBM yang memiliki program memperkenalkan teknologi informasi sejak usia dini.
"Kita harus memberikan kesempatan bagi anak-anak berkebutuhan khusus untuk menguasai TI yang terus berkembang dan dibutuhkan dalam hidup. Bukan saja untuk memudahkan cara belajar, tapi juga untuk membuat anak-anak ini mampu berkompetisi dalam dunia kerja nanti. Perusahaan-perusahan, seperti yang dilakukan IBM, mesti punya kebijakan untuk juga menerima karyawan berkebutuhan khusus," Suryo Suwignjo, Presiden Direktur IBM Indonesia.
Menurur Suryo, dalam pengenalan TI pada anak-anak berkebutuhan khusus, tantangan terbesar adalah menyiapkan para guru. "Kami bukan hanya menyediakan alat-alat TI. Tetapi juga melatih guru dan membutakan kurikulum supaya peralatan TI yang ada di sekolah benar-benar dimanfaatkan optimal," ujar Suryo.
Menururt Eko Djatmiko Sukarso, Direktur Pembinaan Sekolah Luar Biasa Depdiknas, pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus bukan hanya meliputi penyandang cacat yang mengenyam pendidikan di sekolah-sekolah luar biasa. Pendidikan dengan cara yang khusus atau dinamakan pendidikan layanan khusus (PLK) juga dibutuhkan untuk melayani anak-anak cerdas istimewa/berbakat istimewa, anak-anak tenaga kerja indonesia (TKI) di daerah perbatasan dan luar negeri, anak-anak jalanan, anak-anak di dalam lembaga tahanan masyarakat, anak-anak korban bencana alam, anak-anak yang menderita HIV/AIDS, anak-anak pelacur, anak-anak korban perdagangan orang, hingga anak-anak suku terasing.
Untuk anak-anak cerdas/berbakat istimewa yang diperkirakan jumlahnya sekitar 2,2 persen dari jumlah anak usia sekolah, baru sekitar 0,43 persen yang terlayani lewat pendidikan di kelas-kelas akselerasi. Sekitar 1 juta lebih anak-anak bangsa yang cerdas/berbakat istimewa yang potensial untuk mendukung kemajuan ilmu pengetahauan dan teknologi, seni, budaya, dan bidang-bidang lainnya yang bisa mendukung kemajuan bangsa di masa depan belum menikmati pendidikan sesuai kebutuhan mereka.
Meskipun masih banyak anak-anak berkebutuhan khusus yang belum terlayani, kata Eko, justru alokasi dana untuk layanan pendidikan itu sangat kecil. Bahkan, untuk tahun depan, dana pendidikan jenis ini anggarannya dipotong sepertiga dari kebutuhan riilnya. "Tetapi dengan dana terbatas, kami tetap berusaha untuk bisa mengembangkan sekolah-sekolah model untuk membuktikan pada masyarakat sekitar, bawa anak-anak ini bisa berkembang asal diberi kesempatan yang sama, termasuk dalam pendidikan" kata Eko.
Bekali keterampilan dan teknologi informasi
Pembelajaran bagi anak-anak berkebutuhan khusus ditekankan pada penguasaan keterampilan-keterampilan dan penguasaan teknologi informasi dan komunikasi. Upaya tersebut sebagai langkah untuk meningkatkan kompetensi anak-anak berkebutuhan khusus untuk bisa mandiri dengan mengembangkan potensi yang mereka miliki.
Namun, kata Eko, orientasi pembelajaran anak-anak berkebutuhan khusus untuk lebih menguasai keterampilan-keterampilan dan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) itu hingga saat ini masih menghadapi kendala. Selain minimnya sarana dan prasarana workshop beragam keterampilan, persoalan yang cukup serius adalah kurangnya guru-guru yang mampu mengajarkan keterampilan-keterampilan yang dikembangkan dalam pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus di seluruh Indonesia.
Dalam peningkatan penguasaan TIK bagi anak-anak berkebutuhan khusus, kata Eko, pihaknya mendapat dukungan dari perusahaan-perusahaan TIK. Salah satunya IBM yang memiliki program memperkenalkan teknologi informasi sejak usia dini.
"Kita harus memberikan kesempatan bagi anak-anak berkebutuhan khusus untuk menguasai TI yang terus berkembang dan dibutuhkan dalam hidup. Bukan saja untuk memudahkan cara belajar, tapi juga untuk membuat anak-anak ini mampu berkompetisi dalam dunia kerja nanti. Perusahaan-perusahan, seperti yang dilakukan IBM, mesti punya kebijakan untuk juga menerima karyawan berkebutuhan khusus," Suryo Suwignjo, Presiden Direktur IBM Indonesia.
Menurur Suryo, dalam pengenalan TI pada anak-anak berkebutuhan khusus, tantangan terbesar adalah menyiapkan para guru. "Kami bukan hanya menyediakan alat-alat TI. Tetapi juga melatih guru dan membutakan kurikulum supaya peralatan TI yang ada di sekolah benar-benar dimanfaatkan optimal," ujar Suryo.
Kamis, 07 April 2011
Fenomena Pendidikan di indonesia
Anggota kelompok:
Santri Permana Tarigan (10-012)
Putri Ratnaiskana Pandiangan (10-126)
Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dan butuh perhatian yang extra dari pemerintah, lembaga terkait, tenaga pendidik, dan bahkan semua pihak. Pada kesempatan ini, kami akan mengangkat 3 (tiga ) judul, yang mungkin bukan lagi sesuatu yang asing bagi kita dan menjadi fenomena dalam dunia pendidikan di Indonesia.
1. Kenapa yah, banyak siswa-siswi malas sekolah ?
Sesuatu yang tak asing lagi di telinga kita, dan bisa saja kita salah satu diantaranya.
Banyak ditemui anak yang malas pergi ke sekolah, bahkan tak jarang juga yang “takut” sekolah. Berbagai cara atau alasan pun akan terlontar yang penting tidak pergi ke sekolah. Sebagian mungkin berpura-pura sakit agar tidak disuruh sekolah, bahkan ada juga yang malah terkesan “diam” tanpa alasan.
Fenomena ini tentu menjadi sebuah masalah bagi orangtua anak yang bersangkutan. Nah, pada kesempatan ini kami akan mencoba membahas masalah ini dengan mengaitkan kedalam beberapa teori dan pendekatan.
Teori Psikologi Pendidikan
Dalam teori psikologi pendidikan, ada disinggung tentang bagaimana cara mengajar yang efektif. Dengan demikian, siswa merasa comfort dan menikmati setiap pelajaran yang diterima di sekolah. Sehingga kemalasan pergi ke sekolah pun perlahan-lahan menghilang.
Teori Bimbingan Sekolah
Peran sekolah dan juga tenaga pendidik/guru tentu saja memegang peranan yang sangat penting dalam kasus-kasu seperti di atas. Karena bisa saja sumber kemalasan siswa pergi sekolah itu adalah guru ataupun sekolah itu sendiri.
Mengajar adalah hal yang kompleks dan karena murid-murid itu bervariasi, maka tidak ada cara tunggal untuk mengajar yang efektif untuk semua hal (Diaz, 1997). Dalam hal ini, seorang guru itu perlu memiliki strategi dan cara/metode mengajar yang khusus. Agar siswa merasa tertarik, nyaman, da merasa sekolah itu sesuatu yang menyenangkan.
Teori Pendidikan Keluarga
Orang tua juga perlu mengontrol perkembangan anak-anaknya dalam sekolah. Karena itu sangat penting bagi perkembangan mental dan juga pendidikan si anak. Ada beberapa hal yang sering menjadi penyebab anak malas sekolah, dan itu menuntut perhatian dari orang tua anak tersebut. Hal tersebut, seperti :
Terlalu banyak les
Jarak sekolah yang jauh
Kurang perhatian
Mengingat hal tersebut, sebelum memutuskan anak untuk sekolah, orang tua
2. Mari mencintai pelajaran Matematika
Coba kita bertanya pada siswa, “suka gak ama pelajaran Matematika..???” atau “pelajaran yang paling klen benci itu apa sih..???”. Tentu kita sudah bisa menebak apa kira-kira jawaban mereka. Bagaikan sudah menjadi “budaya” kalau Matematika menjadi pelajaran yang paling super duper dibenci sama siswa/pelajar di sekolah.
Banyak siswa yang membenci pelajaran yang berbau hitungan, seperti matematika, fisika, dan kimia. Namun yang paling fenomenal adalah matematika, karena pada kenyataannya pelajaran yang satu ini dijumpai pada semua jenjang pendidikan. Dan anehnya lagi, pelajaran yang satu ini selalu menjadi pelajaran yang terkesan “dibenci” sama semua makhluk bernama siswa. Hal ini tentu mengundang tanya. Mengapa hal ini bisa terjadi?
Alasannya mungkin karna kebanyakan pelajaran matematika disekolah disajikan secara monoton dan sangat sulit dimengerti. Banyak sekolah yang menyajikan matematika sebagai mata pelajaran yang tergeneralisasi, dan hanya soal, rumus, diketahui, ditanyakan dan jawaban. Siswa pun terkesan muak dengan sederetan angka yang kerap menghiasi pelajaran matematika. Maka itu, dalam hal ini sekolah ataupun tenaga pendidik/guru perlu melakukan pembenahan dalam hal stategi/metode belajar matematika yang lebih menyenangkan. Sama seperti yang terdapat dalam teori psikologi pendidikan, bahwa cara mengajar yang efektif tentu akan berpengaruh terhadap siswanya. Untuk itu, para guru perlu membuat sebuah metode belajar matematika yang menyenangkan, nyaman, dan menarik.
Peran keluarga/keluarga juga sangat penting dalam matematika. Begitu banyak cara yang bisa dipakai untuk mempelajari matematika dirumah dan membuatnya menjadi sangat menyenangkan, membuatnya menjadi tidak sulit. Hal yang mungkin paling mudah adalah dengan mendukung dan menanamkan pola berpikir bahwa “matematika itu mudah dang menyenangkan. Jangan pernah berkata “Matematika itu sulit”.
Inilah beberapa cara yang bisa digunakan untuk membuat matematika menjadi menyenangkan.
Perkenalkanlah anak-anak dengan matematika yang berbentuk teka-teki atau permainan. Mungkin semacam Sudoku, Ular tangga, catur, monopoli, permainan gapleh, permainan remi atau capsa.
Bicarakanlah matematika bersama-sama. Lakukanlah apapun permainan yang mengandung unsur matematika dengan bersama-sama.
Ajukan disela-sela waktu bersantai kepada anak-anak semacam pertanyaan matematika. Dan apabila jawabannya salah, janganlah lekas berkata “Bukan, itu salah”. Cari hal logis dari jawaban mereka dan biarkan mereka sedikit berpikir dengan mengatakan “Ouh hey sobat, saya mengerti apa yang kamu pikirkan, kamu berpikir ini seperti….. tetapi…… jadi…..”.
Buatlah mereka sadar, mengetahui dan memahami bahwa matematika itu ada disetiap aspek kehidupan,
Dan yakinkan bahwa mereka adalah orang yang memiliki julukan “Si Pemecah Masalah”. Buatlah mereka yakin bahwa matematika tidak lebih hanya sekedar teka-teki dan permainan. Selalu ada cara untuk menyelesaikannya.
3. Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini
Hari ini, anak gak dikasih PAUD? Sepertinya ada yang kurang. Kalau dulu jenjang pendidikan yang paling umum kita dengar adalah SD, SMP, SMA, dan seterusnya. Namun, seiring perkembangan zaman pendidikan untuk anak usia dini pun mulai menjamur dimana-mana.
Pendidikan Anak Usia Dini atau yang kerap disebut PAUD, memang merupakan pendidikan yang “penting” bagi pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.
Tahun-tahun pertama kehidupan anak merupakan kurun waktu yang sangat penting dan kritis dalam hal tumbuh kembang fisik, mental, dan psikososial, yang berjalan sedemikian cepatnya sehingga keberhasilan tahun-tahun pertama untuk sebagian besar menentukan hari depan anak. Kelainan atau penyimpangan apapun apabila tidak diintervensi secara dini dengan baik pada saatnya, dan tidak terdeteksi secara nyata mendapatkan perawatan yang bersifat purna yaitu promotif, preventif, dan rehabilitatif akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya (Sunarwati, 2007).
Maka jangan heran, kalau para ahli menyarankan agar anak semenjak usia dini harus diberikan pendidikan yang sesuai dengan mereka.
*Sekian dan Terimakasih*
Sumber :
http://taruma.info/2007/12/siswa-siswi-malas-sekolah-kenapa/
http://kihadjartheywanttorock.com/index.php?option=com_k2&view=item&id=60&tmpl=component&print=1
http://sadidadalila.wordpress.com/2010/01/03/pentingnya-pendidikan-anak-usia-dini-di-indonesia/
Santrock, John W. (2010). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana
Santri Permana Tarigan (10-012)
Putri Ratnaiskana Pandiangan (10-126)
Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dan butuh perhatian yang extra dari pemerintah, lembaga terkait, tenaga pendidik, dan bahkan semua pihak. Pada kesempatan ini, kami akan mengangkat 3 (tiga ) judul, yang mungkin bukan lagi sesuatu yang asing bagi kita dan menjadi fenomena dalam dunia pendidikan di Indonesia.
1. Kenapa yah, banyak siswa-siswi malas sekolah ?
Sesuatu yang tak asing lagi di telinga kita, dan bisa saja kita salah satu diantaranya.
Banyak ditemui anak yang malas pergi ke sekolah, bahkan tak jarang juga yang “takut” sekolah. Berbagai cara atau alasan pun akan terlontar yang penting tidak pergi ke sekolah. Sebagian mungkin berpura-pura sakit agar tidak disuruh sekolah, bahkan ada juga yang malah terkesan “diam” tanpa alasan.
Fenomena ini tentu menjadi sebuah masalah bagi orangtua anak yang bersangkutan. Nah, pada kesempatan ini kami akan mencoba membahas masalah ini dengan mengaitkan kedalam beberapa teori dan pendekatan.
Teori Psikologi Pendidikan
Dalam teori psikologi pendidikan, ada disinggung tentang bagaimana cara mengajar yang efektif. Dengan demikian, siswa merasa comfort dan menikmati setiap pelajaran yang diterima di sekolah. Sehingga kemalasan pergi ke sekolah pun perlahan-lahan menghilang.
Teori Bimbingan Sekolah
Peran sekolah dan juga tenaga pendidik/guru tentu saja memegang peranan yang sangat penting dalam kasus-kasu seperti di atas. Karena bisa saja sumber kemalasan siswa pergi sekolah itu adalah guru ataupun sekolah itu sendiri.
Mengajar adalah hal yang kompleks dan karena murid-murid itu bervariasi, maka tidak ada cara tunggal untuk mengajar yang efektif untuk semua hal (Diaz, 1997). Dalam hal ini, seorang guru itu perlu memiliki strategi dan cara/metode mengajar yang khusus. Agar siswa merasa tertarik, nyaman, da merasa sekolah itu sesuatu yang menyenangkan.
Teori Pendidikan Keluarga
Orang tua juga perlu mengontrol perkembangan anak-anaknya dalam sekolah. Karena itu sangat penting bagi perkembangan mental dan juga pendidikan si anak. Ada beberapa hal yang sering menjadi penyebab anak malas sekolah, dan itu menuntut perhatian dari orang tua anak tersebut. Hal tersebut, seperti :
Terlalu banyak les
Jarak sekolah yang jauh
Kurang perhatian
Mengingat hal tersebut, sebelum memutuskan anak untuk sekolah, orang tua
2. Mari mencintai pelajaran Matematika
Coba kita bertanya pada siswa, “suka gak ama pelajaran Matematika..???” atau “pelajaran yang paling klen benci itu apa sih..???”. Tentu kita sudah bisa menebak apa kira-kira jawaban mereka. Bagaikan sudah menjadi “budaya” kalau Matematika menjadi pelajaran yang paling super duper dibenci sama siswa/pelajar di sekolah.
Banyak siswa yang membenci pelajaran yang berbau hitungan, seperti matematika, fisika, dan kimia. Namun yang paling fenomenal adalah matematika, karena pada kenyataannya pelajaran yang satu ini dijumpai pada semua jenjang pendidikan. Dan anehnya lagi, pelajaran yang satu ini selalu menjadi pelajaran yang terkesan “dibenci” sama semua makhluk bernama siswa. Hal ini tentu mengundang tanya. Mengapa hal ini bisa terjadi?
Alasannya mungkin karna kebanyakan pelajaran matematika disekolah disajikan secara monoton dan sangat sulit dimengerti. Banyak sekolah yang menyajikan matematika sebagai mata pelajaran yang tergeneralisasi, dan hanya soal, rumus, diketahui, ditanyakan dan jawaban. Siswa pun terkesan muak dengan sederetan angka yang kerap menghiasi pelajaran matematika. Maka itu, dalam hal ini sekolah ataupun tenaga pendidik/guru perlu melakukan pembenahan dalam hal stategi/metode belajar matematika yang lebih menyenangkan. Sama seperti yang terdapat dalam teori psikologi pendidikan, bahwa cara mengajar yang efektif tentu akan berpengaruh terhadap siswanya. Untuk itu, para guru perlu membuat sebuah metode belajar matematika yang menyenangkan, nyaman, dan menarik.
Peran keluarga/keluarga juga sangat penting dalam matematika. Begitu banyak cara yang bisa dipakai untuk mempelajari matematika dirumah dan membuatnya menjadi sangat menyenangkan, membuatnya menjadi tidak sulit. Hal yang mungkin paling mudah adalah dengan mendukung dan menanamkan pola berpikir bahwa “matematika itu mudah dang menyenangkan. Jangan pernah berkata “Matematika itu sulit”.
Inilah beberapa cara yang bisa digunakan untuk membuat matematika menjadi menyenangkan.
Perkenalkanlah anak-anak dengan matematika yang berbentuk teka-teki atau permainan. Mungkin semacam Sudoku, Ular tangga, catur, monopoli, permainan gapleh, permainan remi atau capsa.
Bicarakanlah matematika bersama-sama. Lakukanlah apapun permainan yang mengandung unsur matematika dengan bersama-sama.
Ajukan disela-sela waktu bersantai kepada anak-anak semacam pertanyaan matematika. Dan apabila jawabannya salah, janganlah lekas berkata “Bukan, itu salah”. Cari hal logis dari jawaban mereka dan biarkan mereka sedikit berpikir dengan mengatakan “Ouh hey sobat, saya mengerti apa yang kamu pikirkan, kamu berpikir ini seperti….. tetapi…… jadi…..”.
Buatlah mereka sadar, mengetahui dan memahami bahwa matematika itu ada disetiap aspek kehidupan,
Dan yakinkan bahwa mereka adalah orang yang memiliki julukan “Si Pemecah Masalah”. Buatlah mereka yakin bahwa matematika tidak lebih hanya sekedar teka-teki dan permainan. Selalu ada cara untuk menyelesaikannya.
3. Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini
Hari ini, anak gak dikasih PAUD? Sepertinya ada yang kurang. Kalau dulu jenjang pendidikan yang paling umum kita dengar adalah SD, SMP, SMA, dan seterusnya. Namun, seiring perkembangan zaman pendidikan untuk anak usia dini pun mulai menjamur dimana-mana.
Pendidikan Anak Usia Dini atau yang kerap disebut PAUD, memang merupakan pendidikan yang “penting” bagi pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.
Tahun-tahun pertama kehidupan anak merupakan kurun waktu yang sangat penting dan kritis dalam hal tumbuh kembang fisik, mental, dan psikososial, yang berjalan sedemikian cepatnya sehingga keberhasilan tahun-tahun pertama untuk sebagian besar menentukan hari depan anak. Kelainan atau penyimpangan apapun apabila tidak diintervensi secara dini dengan baik pada saatnya, dan tidak terdeteksi secara nyata mendapatkan perawatan yang bersifat purna yaitu promotif, preventif, dan rehabilitatif akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya (Sunarwati, 2007).
Maka jangan heran, kalau para ahli menyarankan agar anak semenjak usia dini harus diberikan pendidikan yang sesuai dengan mereka.
*Sekian dan Terimakasih*
Sumber :
http://taruma.info/2007/12/siswa-siswi-malas-sekolah-kenapa/
http://kihadjartheywanttorock.com/index.php?option=com_k2&view=item&id=60&tmpl=component&print=1
http://sadidadalila.wordpress.com/2010/01/03/pentingnya-pendidikan-anak-usia-dini-di-indonesia/
Santrock, John W. (2010). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana
Selasa, 15 Maret 2011
Intelegensi
Hingga sekarang sudah banyak beberapa kajian dalam hal intelegensi atau tingkat IQ seseorang. Menurut Kohstan, intelegensi dapat dikembangkan, namun hanya sebatas segi kualitasnya, yaitu pengembangan akan terjadi sampai pola pada batas kemampuan saja, terbatas pada segi peningkatan mutu intelegensi, dan cara cara berpikir secara metodis.
Intelegensi orang satu dengan yang lain cenderng berbeda-beda. Hal ini karena beberapa faktor yang mempengaruhinya. Adapun faktor yang mempengaruhi intelegensi antara lain sebagai berikut:
Faktor Bawaan
Dimana faktor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa sejak lahir. Batas kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam memecahkan masalah, antara lain ditentukan oleh faktor bawaan. Oleh karena itu, di dalam satu kelas dapat dijumpai anak yang bodoh, agak pintar. Dan pintar sekali, meskipun mereka menerima pelajaran dan pelatihan yang sama.
Faktor Minat dan Pembawaan yang Khas
Dimana minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan atau motif yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar,sehingga apa yang diminati oleh manusia dapat memberikan dorongan untuk berbuat lebih giat dan lebih baik.
Faktor Pembentukan
Dimana pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan intelegensi. Di sini dapat dibedakan antara pembentukan yang direncanakan, seperti dilakukan di sekolah atau pembentukan yang tidak direncanakan, misalnya pengaruh alam sekitarnya.
Faktor Kematangan
Dimana tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Setiap organ manusia baik fisik mauapun psikis, dapat dikatakan telah matang, jika ia telah tumbuh atau berkembang hingga mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing.
Oleh karena itu, tidak diherankan bila anak anak belum mampu mengerjakan atau memecahkan soal soal matematika di kelas empat sekolah dasar, karena soal soal itu masih terlampau sukar bagi anak. Organ tubuhnya dan fungsi jiwanya masih belum matang untuk menyelesaikan soal tersebut dan kematangan berhubungan erat dengan faktor umur.
Faktor Kebebasan
Hal ini berarti manusia dapat memilih metode tertentu dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Di samping kebebasan memilih metode, juga bebas dalam memilih masalah yang sesuai dengan kebutuhannya.
Kelima faktor diatas saling mempengaruhi dan saling terkait satu dengan yang lainnya. Jadi, untuk menentukan kecerdasan seseorang, tidak dapat hanya berpedoman atau berpatokan kepada salah satu faktor saja.
Intelegensi orang satu dengan yang lain cenderng berbeda-beda. Hal ini karena beberapa faktor yang mempengaruhinya. Adapun faktor yang mempengaruhi intelegensi antara lain sebagai berikut:
Faktor Bawaan
Dimana faktor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa sejak lahir. Batas kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam memecahkan masalah, antara lain ditentukan oleh faktor bawaan. Oleh karena itu, di dalam satu kelas dapat dijumpai anak yang bodoh, agak pintar. Dan pintar sekali, meskipun mereka menerima pelajaran dan pelatihan yang sama.
Faktor Minat dan Pembawaan yang Khas
Dimana minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan atau motif yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar,sehingga apa yang diminati oleh manusia dapat memberikan dorongan untuk berbuat lebih giat dan lebih baik.
Faktor Pembentukan
Dimana pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan intelegensi. Di sini dapat dibedakan antara pembentukan yang direncanakan, seperti dilakukan di sekolah atau pembentukan yang tidak direncanakan, misalnya pengaruh alam sekitarnya.
Faktor Kematangan
Dimana tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Setiap organ manusia baik fisik mauapun psikis, dapat dikatakan telah matang, jika ia telah tumbuh atau berkembang hingga mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing.
Oleh karena itu, tidak diherankan bila anak anak belum mampu mengerjakan atau memecahkan soal soal matematika di kelas empat sekolah dasar, karena soal soal itu masih terlampau sukar bagi anak. Organ tubuhnya dan fungsi jiwanya masih belum matang untuk menyelesaikan soal tersebut dan kematangan berhubungan erat dengan faktor umur.
Faktor Kebebasan
Hal ini berarti manusia dapat memilih metode tertentu dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Di samping kebebasan memilih metode, juga bebas dalam memilih masalah yang sesuai dengan kebutuhannya.
Kelima faktor diatas saling mempengaruhi dan saling terkait satu dengan yang lainnya. Jadi, untuk menentukan kecerdasan seseorang, tidak dapat hanya berpedoman atau berpatokan kepada salah satu faktor saja.
Jumat, 11 Maret 2011
Menelusuri Tanah Karo Simalem
Tanah Karo adalah sebuah kabupaten yang terletak di Propinsi Sumatera Utara yang dipimpin oleh seorang bupati yang berkedudukan di ibukota kabupaten Karo yaitu Kabanjahe dengan jarak sekitar 78 km dari Medan. Setidaknya ada 5 marga yang dikenal Orang Karo, yaitu Karo-Karo, Tarigan, Ginting, Sembiring, dan Perangin-angin. Setiap marga memiliki sub-marga, misalnya ada Karo-karo Kaban, Sembiring Meliala, Ginting Munthe, Perangin-angin Uwir, Tarigan Sibero, dan lainnya.
Orang Karo adalah orang pegunungan, yang memiliki hubungan yang erat dengan alam. Tanah yang subur membuat orang Karo hidup berkecukupan sebagai petani. Sayur, buah, seperti kubis, wortel, kentang, bunga kol, jeruk, markisa, tumbuh dengan lebat dan dapat dipanen dengan hasil berlimpah. Siapa sih yang tak kenal dengan markisa dan terong belanda? Di Karo-lah kedua buah itu ditanam.
Bagi pemerintah propinsi Sumatra Utara, Sinabung dan Tanah Karo menjadi aset wisata yang berharga. Siapa yang tak kenal Berastagi, Kabanjahe, Taman Hutan Liar atau Tahura, Lau Debuk-Debuk, Gundaling, Desa Lingga, juga Danau Lau Kawar. Kalau Anda pernah singgah ke Medan, nama yang disebut di atas tentulah tak asing lagi. Itu adalah beberapa tujuan wisata utama Sumut. Mengenal lebih dekat wisata Tanah Karo, bisa menebalkan kecintaan akan tanah air.
Berikut ini adalah jalur lintasan menuju Tanah Karo dari kota Medan.
SEMBAHE
Sembahe merupakan salah satu lintasan jalan raya Medan – Brastagi sekitar 35 km dari Medan. Memiliki udara yang sejuk dan sungai jernih yang sangat cocok untuk tempat pemandian. Banyak pengunjung datang ke sini untuk santai pada akhir pekan atau libur umum. Tempat ini dapat ditempuh selama 45 menit dengan kendaraan bermotor dari kota Medan.
SIBOLANGIT
Sekitar 15 menit perjalanan dari Sembahe, tibalah di Sibolangit yang berada kira-kira 40 km dari kota Medan. Sepanjang jalan akan terlihat Hutan Wisata yang sebelumnya merupakan kebun botani (tumbuh-tumbuhan) yang terletak di lereng pegunungan Bukit Barisan antara Sembahe dan lembah sekitarnya, memiliki udara yang sangat sejuk. Jalan-jalan kecil yang menyenangkan di hutan hujan ini berguna untuk pemberhentian para turis lokal maupun dari manca negara, di antara pakis-pakis raksasa dan pohon-pohon yang ditutupi lumut. Para ahli botani akan dengan mudah dapat menemukan berbagai hal yang menarik dari tumbuh-tumbuhan langka yang banyak tumbuh di taman ini, di samping adanya berbagai burung-burung liar. Di sepanjang jalan ini juga dapat ditemukan pondok-pondok durian yang dapat dimanfaatkan sebagai tempat beristirahat sambil makan durian.
BANDAR BARU
Bandar Baru, merupakan suatu kota kecil lebih kurang 47 km dari Medan ke arah Brastagi, memiliki udara sejuk dan nyaman yang cocok untuk liburan serta berakhir pekan. Kota kecil ini juga merupakan bumi perkemahan Pramuka yang pada tahun 1977 sebagai tempat pelaksanaan Jambore Internasional Pramuka.
Di sini juga terdapat Yayasan Gelora Kasih yang merupakan tempat penyandang anak-anak yatim piatu yang dikelola oleh GBKP (Gereja Batak Karo Protestan).
PENATAPEN (PEMANDANGAN)
Penatapen adalah merupakan tempat lintasan jalan Medan – Berastagi yang dekat dengan perbatasan antara Tanah Karo dengan Deli Serdang. Di tempat ini sering digunakan sebagai tempat pemberhentian sejenak bagi orang yang telah lelah dalam perjalanan sambil menikmati hangatnya jagung rebus dan jagung bakar. Dari sini kita bisa memandang ke arah Bandar Baru dan Medan, juga bisa melihat air terjun Sikulikap serta jalur pendakian ke gunung Sibayak.
Air Terjun Sikulikap
Gunung Sibayak
LAU DEBUK-DEBUK
Lau Debuk-debuk merupakan sebuah desa yang memiliki sumber air panas dengan kandungan belerang, banyak dikunjungi oleh turis untuk menikmati hangatnya air belerang dalam suasana kesejukan udara pegunungan. Desa ini terletak lebih kurang 10 km dari Bandar Baru menuju Berastagi, di kaki gunung Sibayak yang memiliki ketinggian sekitar 2.100 km dari permukaan laut.
TAMAN HUTAN RAYA BUKIT BARISAN
Taman Nasional Tongkoh yang diberi nama Taman Hutan Raya (Tahura) Bukit Barisan berlokasi kira-kira 6 km sebelum kota Berastagi, dalam perjalanan dari Medan. Taman itu punya kebun binatang dengan pondok-pondok unik dan gajah tunggangan untuk anak-anak. Jalan setapak menuju hutan juga tersedia, untuk pengunjung yang ingin meneliti ataupun sekedar melihat tumbuhan hutan, anggrek-anggrek liar, pakis-pakis besar, berbagai tumbuhan kayu liar berselimut lumut dan jamur, beragam jenis kupu-kupu, burung-burung, kera, dan lainnya.
BUKIT KUBU
Bukit Kubu adalah salah satu hotel yang memiliki arsitektur peninggalan zaman kolonial, mempunyai arena atau lapangan latihan golf, tenis, serta kebun-kebun bunga yang indah. Bukit Kubu sering dikunjungi oleh turis-turis dari Eropa, khususnya wisatawan asal Belanda untuk menikmati akhir pekan mereka dengan mengenang keadaan zaman kolonial lalu.
BERASTAGI
Berastagi adalah tujuan wisata utama di Tanah Karo yang terletak di ketinggian sekitar 4.594 kaki dari permukaan laut dan dikelilingi barisan gunung-gunung, memiliki udara yang sejuk dari hamparan perladangan pertaniannya yang indah, luas, hijau, dan Berastagi merupakan daerah tujuan wisata yang memiliki fasilitas lengkap di Tanah Karo, seperti hotel berbintang, restotran, golf dan lain-lain sampai kepada hotel yang tarifnya relatif dapat terjangkau. Berastagi juga dikenal dengan julukan kota “Markisa”. Dari kota “Markisa” Berastagi, para pengunjung akan menikmati pemandangan yang indah ke arah pegunungan yang masih aktif, yaitu gunung Sibayak dan gunung Sinabung.
Selain buah-buahan markisa, Berastagi juga terkenal sebagai penghasil berbagai jenis sayur-sayuran, buah-buahan serta bunga-bunga segar yang siap dirangkai untu acara pesta atau hajatan Di kota Berastagi dilaksanakan beberapa peristiwa pariwisata antara lain “Pesta Buah” atau festival buah dan festival kebudayaan “Pesta Mejuah-juah” yang diadakan setiap tahun. Tanah Karo juga memiliki tradisi yang telah turun temurun dilakukan yaitu “Kerja Tahun” yang diselenggarakan setiap tahun oleh orang-orang Karo yang tinggal di daerah tersebut ataupun yang sudah merantau datang kembali ke perkampungan yang memiliki hubungan keluarga untuk saling berkunjung dan bersilaturahmi.
Pasar buah Berastagi
KABANJAHE
Sepanjang perjalanan dari Berastagi menuju Kabanjahe, Sinabung Jaya akan melalui areal pertanian yang subur. Kadang terhampar kebun jeruk yang buahnya bergelantungan siap dipanen, kadang kebun kubis, asparagus, bahkan juga kebun bunga. Sesekali kita akan menjumpai para petani berjalan menuju kebunnya. Yang perempuan mengenakan jujung, kain yang diletakkan di atas kepala dengan bentuk kas. Yang lelaki memikul cangkul dan keranjang bambu.
Setengah jam kemudian sampailah kita di Kabanjahe, ibukota Kabupaten Tanah Karo.. Kabanjahe tidaklah sedingin Berastagi. Di sini terdapat Makam Pahlawan, lalu kedai kopi susu yang sangat nikmat. Ada juga pasar kecil yang menjual kerajinan uis gara –semacam ulos bagi orang Karo—yang harganya bisa ditawar. Penghuni kota ini sangat ramah dan halus gaya bicaranya. Serupa orang Solo atau Jogja kalau di Jawa.
DESA LINGGA
Desa Lingga terletak di ketinggian sekitar 1.200 m dari permukaan laut, lebih kurang 15 km dari Berastagi. Lingga merupakan perkampungan Batak Karo yang unik, memiliki rumah-rumah adat yang diperkirakan berumur 250 tahun, tetapi kondisinya masih kokoh. Rumah tersebut dihuni oleh 5-6 keluarga yang masih memiliki hubungan kekerabatan. Rumah adat Karo ini tidak memiliki ruangan yang dipisahkan oleh pembatas berupa dinding kayu atau lainnya.
SIPISO-PISO
Sipiso-piso terletak lebih kurang 24 km ke utara Kabanjahe menuju ke arah Danau Toba, merupakan air terjun yang terkenal dengan ketinggian lebih kurang 360 kaki sebelum mengalir ke Danau Toba. Daerah ini memiliki pemandangan yang indah seperti daerah Tao Silalahi yang berada di dekatnya dan terletak di bagian utara Danau Toba.
LAU KAWAR
Ada sebuah legenda yang dihubungkan dengan danau ini. Legenda tentang Desa Kawar. Konon desa ini tanahnya subur, penduduknya pun hidup makmur, karena hasil panen berlebih. Suatu hari diadakan pesta menyambut panen. Seluruh penduduk diundang untuk mengikuti jamuan makan, musik, dan tarian. Namun ada seorang nenek yang tak bisa hadir karena dia lumpuh. Sendiri dia terbaring di ranjangnya. Ketika orang sedang berpesta, makan makanan enak sepuasnya, nenek itu justru kelaparan di rumahnya. Anak dan menantunya lupa siapkan makanan buat sang ibu. Baru sore menjelang ketika cucunya datang membawa makanan yang dititipkan ibunya untuk si nenek. Betapa kecewa hati nenek itu saat tahu bahwa makanan yang dibawa cucunya adalah sisa-sisa makanan. Rupanya si cucu telah memakan sebagian nasi tersebut. Nenek itu lalu menangis dan berdoa agar orang di desa dikutuk Tuhan. Tak berapa lama turun hujan lebat. Desa Kawar pun tenggelam, menjelma jadi Danau Lau Kawar.
Di hari biasa Lau Kawar amat sunyi. Bentangan airnya berlekuk dan memantulkan biru laut dan hijau pepohonan lebat di seberang danau. Danau ini luasnya sekitar 200 ha, berada di Desa Kuta Gugung, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Danau ini adalah satu dari dua danau di Kawasan Ekosistem Leuser (KEL). Danau satunya adalah Danau Marpunge.
Danau ini merupakan salah satu pos pendakian favorit menuju Gunung Sinabung. Butuh waktu sekitar 6 jam untuk menggapai puncak Sinabung. Kalau kita hanya punya waktu pendek, cukup mendaki Deleng Lancuk, puncak bukit terdekat. Mendaki Deleng Lancuk, puncak bukit terdekat. Mendaki Deleng Lancuk, puncak bukit terdekat.
Orang Karo adalah orang pegunungan, yang memiliki hubungan yang erat dengan alam. Tanah yang subur membuat orang Karo hidup berkecukupan sebagai petani. Sayur, buah, seperti kubis, wortel, kentang, bunga kol, jeruk, markisa, tumbuh dengan lebat dan dapat dipanen dengan hasil berlimpah. Siapa sih yang tak kenal dengan markisa dan terong belanda? Di Karo-lah kedua buah itu ditanam.
Bagi pemerintah propinsi Sumatra Utara, Sinabung dan Tanah Karo menjadi aset wisata yang berharga. Siapa yang tak kenal Berastagi, Kabanjahe, Taman Hutan Liar atau Tahura, Lau Debuk-Debuk, Gundaling, Desa Lingga, juga Danau Lau Kawar. Kalau Anda pernah singgah ke Medan, nama yang disebut di atas tentulah tak asing lagi. Itu adalah beberapa tujuan wisata utama Sumut. Mengenal lebih dekat wisata Tanah Karo, bisa menebalkan kecintaan akan tanah air.
Berikut ini adalah jalur lintasan menuju Tanah Karo dari kota Medan.
SEMBAHE
Sembahe merupakan salah satu lintasan jalan raya Medan – Brastagi sekitar 35 km dari Medan. Memiliki udara yang sejuk dan sungai jernih yang sangat cocok untuk tempat pemandian. Banyak pengunjung datang ke sini untuk santai pada akhir pekan atau libur umum. Tempat ini dapat ditempuh selama 45 menit dengan kendaraan bermotor dari kota Medan.
SIBOLANGIT
Sekitar 15 menit perjalanan dari Sembahe, tibalah di Sibolangit yang berada kira-kira 40 km dari kota Medan. Sepanjang jalan akan terlihat Hutan Wisata yang sebelumnya merupakan kebun botani (tumbuh-tumbuhan) yang terletak di lereng pegunungan Bukit Barisan antara Sembahe dan lembah sekitarnya, memiliki udara yang sangat sejuk. Jalan-jalan kecil yang menyenangkan di hutan hujan ini berguna untuk pemberhentian para turis lokal maupun dari manca negara, di antara pakis-pakis raksasa dan pohon-pohon yang ditutupi lumut. Para ahli botani akan dengan mudah dapat menemukan berbagai hal yang menarik dari tumbuh-tumbuhan langka yang banyak tumbuh di taman ini, di samping adanya berbagai burung-burung liar. Di sepanjang jalan ini juga dapat ditemukan pondok-pondok durian yang dapat dimanfaatkan sebagai tempat beristirahat sambil makan durian.
BANDAR BARU
Bandar Baru, merupakan suatu kota kecil lebih kurang 47 km dari Medan ke arah Brastagi, memiliki udara sejuk dan nyaman yang cocok untuk liburan serta berakhir pekan. Kota kecil ini juga merupakan bumi perkemahan Pramuka yang pada tahun 1977 sebagai tempat pelaksanaan Jambore Internasional Pramuka.
Di sini juga terdapat Yayasan Gelora Kasih yang merupakan tempat penyandang anak-anak yatim piatu yang dikelola oleh GBKP (Gereja Batak Karo Protestan).
PENATAPEN (PEMANDANGAN)
Penatapen adalah merupakan tempat lintasan jalan Medan – Berastagi yang dekat dengan perbatasan antara Tanah Karo dengan Deli Serdang. Di tempat ini sering digunakan sebagai tempat pemberhentian sejenak bagi orang yang telah lelah dalam perjalanan sambil menikmati hangatnya jagung rebus dan jagung bakar. Dari sini kita bisa memandang ke arah Bandar Baru dan Medan, juga bisa melihat air terjun Sikulikap serta jalur pendakian ke gunung Sibayak.
Air Terjun Sikulikap
Gunung Sibayak
LAU DEBUK-DEBUK
Lau Debuk-debuk merupakan sebuah desa yang memiliki sumber air panas dengan kandungan belerang, banyak dikunjungi oleh turis untuk menikmati hangatnya air belerang dalam suasana kesejukan udara pegunungan. Desa ini terletak lebih kurang 10 km dari Bandar Baru menuju Berastagi, di kaki gunung Sibayak yang memiliki ketinggian sekitar 2.100 km dari permukaan laut.
TAMAN HUTAN RAYA BUKIT BARISAN
Taman Nasional Tongkoh yang diberi nama Taman Hutan Raya (Tahura) Bukit Barisan berlokasi kira-kira 6 km sebelum kota Berastagi, dalam perjalanan dari Medan. Taman itu punya kebun binatang dengan pondok-pondok unik dan gajah tunggangan untuk anak-anak. Jalan setapak menuju hutan juga tersedia, untuk pengunjung yang ingin meneliti ataupun sekedar melihat tumbuhan hutan, anggrek-anggrek liar, pakis-pakis besar, berbagai tumbuhan kayu liar berselimut lumut dan jamur, beragam jenis kupu-kupu, burung-burung, kera, dan lainnya.
BUKIT KUBU
Bukit Kubu adalah salah satu hotel yang memiliki arsitektur peninggalan zaman kolonial, mempunyai arena atau lapangan latihan golf, tenis, serta kebun-kebun bunga yang indah. Bukit Kubu sering dikunjungi oleh turis-turis dari Eropa, khususnya wisatawan asal Belanda untuk menikmati akhir pekan mereka dengan mengenang keadaan zaman kolonial lalu.
BERASTAGI
Berastagi adalah tujuan wisata utama di Tanah Karo yang terletak di ketinggian sekitar 4.594 kaki dari permukaan laut dan dikelilingi barisan gunung-gunung, memiliki udara yang sejuk dari hamparan perladangan pertaniannya yang indah, luas, hijau, dan Berastagi merupakan daerah tujuan wisata yang memiliki fasilitas lengkap di Tanah Karo, seperti hotel berbintang, restotran, golf dan lain-lain sampai kepada hotel yang tarifnya relatif dapat terjangkau. Berastagi juga dikenal dengan julukan kota “Markisa”. Dari kota “Markisa” Berastagi, para pengunjung akan menikmati pemandangan yang indah ke arah pegunungan yang masih aktif, yaitu gunung Sibayak dan gunung Sinabung.
Selain buah-buahan markisa, Berastagi juga terkenal sebagai penghasil berbagai jenis sayur-sayuran, buah-buahan serta bunga-bunga segar yang siap dirangkai untu acara pesta atau hajatan Di kota Berastagi dilaksanakan beberapa peristiwa pariwisata antara lain “Pesta Buah” atau festival buah dan festival kebudayaan “Pesta Mejuah-juah” yang diadakan setiap tahun. Tanah Karo juga memiliki tradisi yang telah turun temurun dilakukan yaitu “Kerja Tahun” yang diselenggarakan setiap tahun oleh orang-orang Karo yang tinggal di daerah tersebut ataupun yang sudah merantau datang kembali ke perkampungan yang memiliki hubungan keluarga untuk saling berkunjung dan bersilaturahmi.
Pasar buah Berastagi
KABANJAHE
Sepanjang perjalanan dari Berastagi menuju Kabanjahe, Sinabung Jaya akan melalui areal pertanian yang subur. Kadang terhampar kebun jeruk yang buahnya bergelantungan siap dipanen, kadang kebun kubis, asparagus, bahkan juga kebun bunga. Sesekali kita akan menjumpai para petani berjalan menuju kebunnya. Yang perempuan mengenakan jujung, kain yang diletakkan di atas kepala dengan bentuk kas. Yang lelaki memikul cangkul dan keranjang bambu.
Setengah jam kemudian sampailah kita di Kabanjahe, ibukota Kabupaten Tanah Karo.. Kabanjahe tidaklah sedingin Berastagi. Di sini terdapat Makam Pahlawan, lalu kedai kopi susu yang sangat nikmat. Ada juga pasar kecil yang menjual kerajinan uis gara –semacam ulos bagi orang Karo—yang harganya bisa ditawar. Penghuni kota ini sangat ramah dan halus gaya bicaranya. Serupa orang Solo atau Jogja kalau di Jawa.
DESA LINGGA
Desa Lingga terletak di ketinggian sekitar 1.200 m dari permukaan laut, lebih kurang 15 km dari Berastagi. Lingga merupakan perkampungan Batak Karo yang unik, memiliki rumah-rumah adat yang diperkirakan berumur 250 tahun, tetapi kondisinya masih kokoh. Rumah tersebut dihuni oleh 5-6 keluarga yang masih memiliki hubungan kekerabatan. Rumah adat Karo ini tidak memiliki ruangan yang dipisahkan oleh pembatas berupa dinding kayu atau lainnya.
SIPISO-PISO
Sipiso-piso terletak lebih kurang 24 km ke utara Kabanjahe menuju ke arah Danau Toba, merupakan air terjun yang terkenal dengan ketinggian lebih kurang 360 kaki sebelum mengalir ke Danau Toba. Daerah ini memiliki pemandangan yang indah seperti daerah Tao Silalahi yang berada di dekatnya dan terletak di bagian utara Danau Toba.
LAU KAWAR
Ada sebuah legenda yang dihubungkan dengan danau ini. Legenda tentang Desa Kawar. Konon desa ini tanahnya subur, penduduknya pun hidup makmur, karena hasil panen berlebih. Suatu hari diadakan pesta menyambut panen. Seluruh penduduk diundang untuk mengikuti jamuan makan, musik, dan tarian. Namun ada seorang nenek yang tak bisa hadir karena dia lumpuh. Sendiri dia terbaring di ranjangnya. Ketika orang sedang berpesta, makan makanan enak sepuasnya, nenek itu justru kelaparan di rumahnya. Anak dan menantunya lupa siapkan makanan buat sang ibu. Baru sore menjelang ketika cucunya datang membawa makanan yang dititipkan ibunya untuk si nenek. Betapa kecewa hati nenek itu saat tahu bahwa makanan yang dibawa cucunya adalah sisa-sisa makanan. Rupanya si cucu telah memakan sebagian nasi tersebut. Nenek itu lalu menangis dan berdoa agar orang di desa dikutuk Tuhan. Tak berapa lama turun hujan lebat. Desa Kawar pun tenggelam, menjelma jadi Danau Lau Kawar.
Di hari biasa Lau Kawar amat sunyi. Bentangan airnya berlekuk dan memantulkan biru laut dan hijau pepohonan lebat di seberang danau. Danau ini luasnya sekitar 200 ha, berada di Desa Kuta Gugung, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Danau ini adalah satu dari dua danau di Kawasan Ekosistem Leuser (KEL). Danau satunya adalah Danau Marpunge.
Danau ini merupakan salah satu pos pendakian favorit menuju Gunung Sinabung. Butuh waktu sekitar 6 jam untuk menggapai puncak Sinabung. Kalau kita hanya punya waktu pendek, cukup mendaki Deleng Lancuk, puncak bukit terdekat. Mendaki Deleng Lancuk, puncak bukit terdekat. Mendaki Deleng Lancuk, puncak bukit terdekat.
Rabu, 09 Maret 2011
Media Pembelajaran
1. Arti Media Pembelajaran
Istilah media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari medium. Secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Pengertian umumnya adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada penerima informasi.
Media menurut AECT adalah segala sesuatu yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan. Briggs mengartikan media sebagai alat untuk memberikan perangsang bagi siswa agar terjadi proses belajar.
Istilah pembelajaran lebih menggambarkan usaha guru untuk membuat belajar para siswanya. Kegiatan pembelajaran tidak akan berarti jika tidak menghasilkan kegiatan belajar pada para siswanya. Kegiatan belajar hanya akan berhasil jika si belajar secara aktif mengalami sendiri proses belajar. Seorang siswa belum dapat dikatakan telah belajar hanya karena ia sedang berada dalam satu ruangan dengan guru yang sedang mengajar. Pekerjaan mengajar tidak selalu harus diartikan sebagai kegiatan menyajikan materi pelajaran. Peran yang seharusnya dilakukan guru adalah mengusahakan agar setiap siswa dapat berinteraksi secara aktif dengan berbagai sumber balajar yang ada.
Media pembelajaran adalah media yang digunakan dalam pembelajaran, yaitu meliputi alat bantu guru dalam mengajar serta sarana pembawa pesan dari sumber belajar ke penerima pesan belajar (siswa). Peranan media yang semakin meningkat sering menimbulkan kekhawatiran pada guru. Namun sebenarnya hal itu tidak perlu terjadi, masih banyak tugas guru yang lain seperti: memberikan perhatian dan bimbingan secara individual kepada siswa yang selama ini kurang mendapat perhatian. Peran guru akan lebih mengarah sebagai manajer pembelajaran dan bertanggung jawab menciptakan kondisi sedemikian rupa agar siswa dapat belajar. Untuk itu guru lebih berfungsi sebagai penasehat, pembimbing, motivator dan fasilitator dalam Kegiatan Belajar mengajar.
2. Manfaat media pembelajaran
Secara umum manfaat media pembelajaran adalah memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga kegiatan pembelajaran lebih afektif dan efisien. Sedangkan secara lebih khusus manfaat media pembelajaran adalah:
1. Penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan
Dengan bantuan media pembelajaran, penafsiran yang berbeda antar guru dapat dihindari dan dapat mengurangi terjadinya kesenjangan informasi diantara siswa dimanapun berada.
2. Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik
Media dapat menampilkan informasi melalui suara, gambar, gerakan dan warna, baik secara alami maupun manipulasi, sehingga membantu guru untuk menciptakan suasana belajar menjadi lebih hidup, tidak monoton dan tidak membosankan.
3. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif
Dengan media akan terjadinya komukasi dua arah secara aktif, sedangkan tanpa media guru cenderung bicara satu arah.
4. Efisiensi dalam waktu dan tenaga
Dengan media tujuan belajar akan lebih mudah tercapai secara maksimal dengan waktu dan tenaga seminimal mungkin. Guru tidak harus menjelaskan materi ajaran secara berulang-ulang, sebab dengan sekali sajian menggunakan media, siswa akan lebih mudah memahami pelajaran.
5. Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa
Media pembelajaran dapat membantu siswa menyerap materi belajar lebih mandalam dan utuh. Bila dengan mendengar informasi verbal dari guru saja, siswa kurang memahami pelajaran, tetapi jika diperkaya dengan kegiatan melihat, menyentuh, merasakan dan mengalami sendiri melalui media pemahaman siswa akan lebih baik.
6. Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja
Media pembelajaran dapat dirangsang sedemikian rupa sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar dengan lebih leluasa dimanapun dan kapanpun tanpa tergantung seorang guru.Perlu kita sadari waktu belajar di sekolah sangat terbatas dan waktu terbanyak justru di luar lingkungan sekolah.
7. Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar
Proses pembelajaran menjadi lebih menarik sehingga mendorong siswa untuk mencintai ilmu pengetahuan dan gemar mencari sendiri sumber-sumber ilmu pengetahuan.
8. Mengubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif
Guru dapat berbagi peran dengan media sehingga banyak mamiliki waktu untuk memberi perhatian pada aspek-aspek edukatif lainnya, seperti membantu kesulitan belajar siswa, pembentukan kepribadian, memotivasi belajar, dan lain-lain
Istilah media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari medium. Secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Pengertian umumnya adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada penerima informasi.
Media menurut AECT adalah segala sesuatu yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan. Briggs mengartikan media sebagai alat untuk memberikan perangsang bagi siswa agar terjadi proses belajar.
Istilah pembelajaran lebih menggambarkan usaha guru untuk membuat belajar para siswanya. Kegiatan pembelajaran tidak akan berarti jika tidak menghasilkan kegiatan belajar pada para siswanya. Kegiatan belajar hanya akan berhasil jika si belajar secara aktif mengalami sendiri proses belajar. Seorang siswa belum dapat dikatakan telah belajar hanya karena ia sedang berada dalam satu ruangan dengan guru yang sedang mengajar. Pekerjaan mengajar tidak selalu harus diartikan sebagai kegiatan menyajikan materi pelajaran. Peran yang seharusnya dilakukan guru adalah mengusahakan agar setiap siswa dapat berinteraksi secara aktif dengan berbagai sumber balajar yang ada.
Media pembelajaran adalah media yang digunakan dalam pembelajaran, yaitu meliputi alat bantu guru dalam mengajar serta sarana pembawa pesan dari sumber belajar ke penerima pesan belajar (siswa). Peranan media yang semakin meningkat sering menimbulkan kekhawatiran pada guru. Namun sebenarnya hal itu tidak perlu terjadi, masih banyak tugas guru yang lain seperti: memberikan perhatian dan bimbingan secara individual kepada siswa yang selama ini kurang mendapat perhatian. Peran guru akan lebih mengarah sebagai manajer pembelajaran dan bertanggung jawab menciptakan kondisi sedemikian rupa agar siswa dapat belajar. Untuk itu guru lebih berfungsi sebagai penasehat, pembimbing, motivator dan fasilitator dalam Kegiatan Belajar mengajar.
2. Manfaat media pembelajaran
Secara umum manfaat media pembelajaran adalah memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga kegiatan pembelajaran lebih afektif dan efisien. Sedangkan secara lebih khusus manfaat media pembelajaran adalah:
1. Penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan
Dengan bantuan media pembelajaran, penafsiran yang berbeda antar guru dapat dihindari dan dapat mengurangi terjadinya kesenjangan informasi diantara siswa dimanapun berada.
2. Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik
Media dapat menampilkan informasi melalui suara, gambar, gerakan dan warna, baik secara alami maupun manipulasi, sehingga membantu guru untuk menciptakan suasana belajar menjadi lebih hidup, tidak monoton dan tidak membosankan.
3. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif
Dengan media akan terjadinya komukasi dua arah secara aktif, sedangkan tanpa media guru cenderung bicara satu arah.
4. Efisiensi dalam waktu dan tenaga
Dengan media tujuan belajar akan lebih mudah tercapai secara maksimal dengan waktu dan tenaga seminimal mungkin. Guru tidak harus menjelaskan materi ajaran secara berulang-ulang, sebab dengan sekali sajian menggunakan media, siswa akan lebih mudah memahami pelajaran.
5. Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa
Media pembelajaran dapat membantu siswa menyerap materi belajar lebih mandalam dan utuh. Bila dengan mendengar informasi verbal dari guru saja, siswa kurang memahami pelajaran, tetapi jika diperkaya dengan kegiatan melihat, menyentuh, merasakan dan mengalami sendiri melalui media pemahaman siswa akan lebih baik.
6. Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja
Media pembelajaran dapat dirangsang sedemikian rupa sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar dengan lebih leluasa dimanapun dan kapanpun tanpa tergantung seorang guru.Perlu kita sadari waktu belajar di sekolah sangat terbatas dan waktu terbanyak justru di luar lingkungan sekolah.
7. Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar
Proses pembelajaran menjadi lebih menarik sehingga mendorong siswa untuk mencintai ilmu pengetahuan dan gemar mencari sendiri sumber-sumber ilmu pengetahuan.
8. Mengubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif
Guru dapat berbagi peran dengan media sehingga banyak mamiliki waktu untuk memberi perhatian pada aspek-aspek edukatif lainnya, seperti membantu kesulitan belajar siswa, pembentukan kepribadian, memotivasi belajar, dan lain-lain
Selasa, 08 Maret 2011
Teori Kognitif
Teori pembelajaran merupakan penyedia panduan bagi pengajar untuk membantu siswa didik dalam mengembangkan kognitif, emosional, sosial, fisik, dan spiritual. Teori pembelajaran itu penting sebagai suatu dasar pengetahuan yang memandu praktek pendidikan: “bagaimana memfasilitasi belajar” dalam dunia pendidikan yang senantiasa berubah, terlebih dalam cakupan yang sistemik.
Teori pembelajaran yang ada saat itu mereka anggap masih kurang sempurna, hingga akhirnya menginspirasikan beberapa tokoh psikologi untuk menyikapi kekurangan-kekurangan dari beberapa teori belajar yang lebih awal yang dianggap masih ada beberapa celah kekurangan, yang diantaranya adalah teori behavioristik.
1. Teori Belajar Cognitive Developmental Dari Piaget
Dalam teorinya, Piaget memandang bahwa proses berpikir sebagai aktivitas gradual dari fungsi intelektual dari konkret menuju abstrak. Piaget adalah ahli psikolog developmentat karena penelitiannya mengenai tahap tahap perkembangan pribadi serta perubahan umur yang mempengaruhi kemampuan belajar individu. Menurut Piaget, pertumbuhan kapasitas mental memberikan kemampuan-kemapuan mental yang sebelumnya tidak ada. Pertumbuhan intelektuan adalah tidak kuantitatif, melainkan kualitatif. Dengan kata lain, daya berpikir atau kekuatan mental anak yang berbeda usia akan berbeda pula secara kualitatif.
Jean Piaget mengklasifikasikan perkembangan kognitif anak menjadi empat tahap:
1. Tahap sensory – motor, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 0-2 tahun, Tahap ini diidentikkan dengan kegiatan motorik dan persepsi yang masih sederhana.
2. Tahap pre – operational, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 2-7 tahun. Tahap ini diidentikkan dengan mulai digunakannya symbol atau bahasa tanda, dan telah dapat memperoleh pengetahuan berdasarkan pada kesan yang agak abstrak.
3. Tahap concrete – operational, yang terjadi pada usia 7-11 tahun. Tahap ini dicirikan dengan anak sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis. Anak sudah tidak memusatkan diri pada karakteristik perseptual pasif.
4. Tahap formal – operational, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 11-15 tahun. Ciri pokok tahap yang terahir ini adalahanak sudah mampu berpikir abstrak dan logisdengan menggunakan pola pikir “kemungkinan”.
2. Beberapa teori dan tokoh lain
Salah satu teori kognitif yang juga sering dijadikan acuan adalah teori gestalt. Peletak dasar teori gestalt adalah Merx Wertheimer (1880-1943) yang meneliti tentang pengamatan dan problem solving. Sumbangannya diikuti oleh Kurt Koffka (1886-1941) yang menguraikan secara terperinci tentang hukum-hukum pengamatan, kemudian Wolfgang Kohler (1887-1959) yang meneliti tentang insight pada simpase. Kaum gestaltis berpendapat bahwa pengalaman itu berstuktur yang terbentuk dalam suatu keseluruhan. Menurut mereka, tingkat kejelasan dan keberartian dari apa yang diamati dalam situasi belajar adalah lebih meningkatkan kemampuan belajar seseorang dari pada dengan hukuman dan ganjaran.
Selanjutnya tokoh dari teori kognitif adalah Kurt Lewin (1892-1947). Mengembangkan suatu teori belajar kognitif-field dengan menaruh perhatian kepada kepribadian dan psikologi social. Lewin memandang masing-masing individu berada di dalam suatu medan kekuatan yang bersifat psikologis. Medan dimana individu bereaksi disebut life space. Life space mencankup perwujudan lingkungan di mana individu bereaksi, misalnya ; orang – orang yang dijumpainya, objek material yang ia hadapi serta fungsi kejiwaan yang ia miliki. Jadi menurut Lewin, belajar berlangsung sebagai akibat dari perubahan dalam struktur kognitif.
Belajar Sebagai Proses Kognitif
Teori kognitif adalah teori yang umumnya dikaitkan dengan proses belajar. Kognisi adalah kemampuan psikis atau mental manusia yang berupa mengamati, melihat, menyangka, memperhatikan, menduga dan menilai. Dengan kata lain, kognisi menunjuk pada konsep tentang pengenalan. Teori kognitif menyatakan bahwa proses belajar terjadi karena ada variabel penghalang pada aspek-aspek kognisi seseorang (Mulyati, 2005)
Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar itu sendiri. Belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon, lebih dari itu belajar melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang bisa diamati.
Sebagai misal, Teori bermakna ausubel dan discovery Learningnya bruner memiliki sisi pembeda. Dari sudut pandang Teori belajar Bermakna Ausubel memandang bahwa justeru ada bahaya jika siswa yang kurang mahir dalam suatu hal mendapat penanganan dengan teori belajar discoveri, karena siswa cenderung diberi kebebasan untuk mengkonstruksi sendiri pemahaman tentang segala sesuatu. Oleh karenanya menurut teori belajar Bermakna guru tetap berfungsi sentral sebatas membantu mengkoordinasikan pengalaman-pengalaman yang hendak diterima oleh siswa namun tetap dengan koridor pembelajaran yang bermakna.
Teori pembelajaran yang ada saat itu mereka anggap masih kurang sempurna, hingga akhirnya menginspirasikan beberapa tokoh psikologi untuk menyikapi kekurangan-kekurangan dari beberapa teori belajar yang lebih awal yang dianggap masih ada beberapa celah kekurangan, yang diantaranya adalah teori behavioristik.
1. Teori Belajar Cognitive Developmental Dari Piaget
Dalam teorinya, Piaget memandang bahwa proses berpikir sebagai aktivitas gradual dari fungsi intelektual dari konkret menuju abstrak. Piaget adalah ahli psikolog developmentat karena penelitiannya mengenai tahap tahap perkembangan pribadi serta perubahan umur yang mempengaruhi kemampuan belajar individu. Menurut Piaget, pertumbuhan kapasitas mental memberikan kemampuan-kemapuan mental yang sebelumnya tidak ada. Pertumbuhan intelektuan adalah tidak kuantitatif, melainkan kualitatif. Dengan kata lain, daya berpikir atau kekuatan mental anak yang berbeda usia akan berbeda pula secara kualitatif.
Jean Piaget mengklasifikasikan perkembangan kognitif anak menjadi empat tahap:
1. Tahap sensory – motor, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 0-2 tahun, Tahap ini diidentikkan dengan kegiatan motorik dan persepsi yang masih sederhana.
2. Tahap pre – operational, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 2-7 tahun. Tahap ini diidentikkan dengan mulai digunakannya symbol atau bahasa tanda, dan telah dapat memperoleh pengetahuan berdasarkan pada kesan yang agak abstrak.
3. Tahap concrete – operational, yang terjadi pada usia 7-11 tahun. Tahap ini dicirikan dengan anak sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis. Anak sudah tidak memusatkan diri pada karakteristik perseptual pasif.
4. Tahap formal – operational, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 11-15 tahun. Ciri pokok tahap yang terahir ini adalahanak sudah mampu berpikir abstrak dan logisdengan menggunakan pola pikir “kemungkinan”.
2. Beberapa teori dan tokoh lain
Salah satu teori kognitif yang juga sering dijadikan acuan adalah teori gestalt. Peletak dasar teori gestalt adalah Merx Wertheimer (1880-1943) yang meneliti tentang pengamatan dan problem solving. Sumbangannya diikuti oleh Kurt Koffka (1886-1941) yang menguraikan secara terperinci tentang hukum-hukum pengamatan, kemudian Wolfgang Kohler (1887-1959) yang meneliti tentang insight pada simpase. Kaum gestaltis berpendapat bahwa pengalaman itu berstuktur yang terbentuk dalam suatu keseluruhan. Menurut mereka, tingkat kejelasan dan keberartian dari apa yang diamati dalam situasi belajar adalah lebih meningkatkan kemampuan belajar seseorang dari pada dengan hukuman dan ganjaran.
Selanjutnya tokoh dari teori kognitif adalah Kurt Lewin (1892-1947). Mengembangkan suatu teori belajar kognitif-field dengan menaruh perhatian kepada kepribadian dan psikologi social. Lewin memandang masing-masing individu berada di dalam suatu medan kekuatan yang bersifat psikologis. Medan dimana individu bereaksi disebut life space. Life space mencankup perwujudan lingkungan di mana individu bereaksi, misalnya ; orang – orang yang dijumpainya, objek material yang ia hadapi serta fungsi kejiwaan yang ia miliki. Jadi menurut Lewin, belajar berlangsung sebagai akibat dari perubahan dalam struktur kognitif.
Belajar Sebagai Proses Kognitif
Teori kognitif adalah teori yang umumnya dikaitkan dengan proses belajar. Kognisi adalah kemampuan psikis atau mental manusia yang berupa mengamati, melihat, menyangka, memperhatikan, menduga dan menilai. Dengan kata lain, kognisi menunjuk pada konsep tentang pengenalan. Teori kognitif menyatakan bahwa proses belajar terjadi karena ada variabel penghalang pada aspek-aspek kognisi seseorang (Mulyati, 2005)
Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar itu sendiri. Belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon, lebih dari itu belajar melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang bisa diamati.
Sebagai misal, Teori bermakna ausubel dan discovery Learningnya bruner memiliki sisi pembeda. Dari sudut pandang Teori belajar Bermakna Ausubel memandang bahwa justeru ada bahaya jika siswa yang kurang mahir dalam suatu hal mendapat penanganan dengan teori belajar discoveri, karena siswa cenderung diberi kebebasan untuk mengkonstruksi sendiri pemahaman tentang segala sesuatu. Oleh karenanya menurut teori belajar Bermakna guru tetap berfungsi sentral sebatas membantu mengkoordinasikan pengalaman-pengalaman yang hendak diterima oleh siswa namun tetap dengan koridor pembelajaran yang bermakna.
Selasa, 01 Maret 2011
Ragam Metode Pembelajaran
Proses pembelajaran merupakan interaksi semua komponen atau unsur yang terdapat dalam pembelajaran yang satu sama lain saling berhubungan dalam sebuah rangkaian untuk mencapai tujuan. Menurut Sudjana ( 1989 : 30 ) yang termasuk dalam komponen pembelajaran adalah “ tujuan, bahan, metode dan alat serta penilaian”. Metode mengajar yang digunakan guru hampir tidak ada yang sisa-sia, karena metode tersebut mendatangkan hasil dalam waktu dekat atau dalam waktu yang relatif lama. Adapun macam-macam Metode Pembelajaran, yakni :
1. METODE CERAMAH
Metode ceramah adalah metode yang boleh dikatakan metode tradisonal. Karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dan anak didik dalam interaksi edukatif.
Metode ceramah adalah metode yang boleh dikatakan metode tradisonal. Karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dan anak didik dalam interaksi edukatif.
a. Kelebihan Metode Ceramah
1) Guru mudah menguasai kelas.
2) Mudah dilaksanakan.
3) Dapat diikuti anak didik dalam jumlah besar.
4) Guru mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar.
1) Guru mudah menguasai kelas.
2) Mudah dilaksanakan.
3) Dapat diikuti anak didik dalam jumlah besar.
4) Guru mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar.
b. Kekurangan Metode Ceramah
1) Kegiatan pengajaran menjadi verbalisme (pengertian kata-kata).
2) Anak didik yang lebih tanggap dari sisi visual akan menjadi rugi dan anak didik yang lebih tanggap auditifnya dapat lebih besar menerimanya.
3) Bila terlalu lama membosankan.
4) Sukar mengontrol sejauhmana pemerolehan belajar anak didik.
5) Menyebabkan anak didik pasif.
1) Kegiatan pengajaran menjadi verbalisme (pengertian kata-kata).
2) Anak didik yang lebih tanggap dari sisi visual akan menjadi rugi dan anak didik yang lebih tanggap auditifnya dapat lebih besar menerimanya.
3) Bila terlalu lama membosankan.
4) Sukar mengontrol sejauhmana pemerolehan belajar anak didik.
5) Menyebabkan anak didik pasif.
2. METODE PROYEK
Metode proyek adalah suatu cara mengajar yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk menggunakan unit-unit kehidupan sehari-hari sebagai bahan pelajarannya. Bertujuan agar anak didik tertarik untuk belajar.
a. Kelebihan Metode Proyek
1) Dapat merombak pola pikir anak didik dari yang sempit menjadi lebih luas dan menyeluruh dalam memandang dan memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan.
2) Melalui metode ini, anak didik dibina dengan membiasakan menerapkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan dengan terpadu, yang diharapkan praktis dan berguna dalam kehidupan sehari-hari.
1) Dapat merombak pola pikir anak didik dari yang sempit menjadi lebih luas dan menyeluruh dalam memandang dan memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan.
2) Melalui metode ini, anak didik dibina dengan membiasakan menerapkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan dengan terpadu, yang diharapkan praktis dan berguna dalam kehidupan sehari-hari.
b. Kekurangan Metode Proyek
1) Kurikulum yang berlaku di negara kita saat ini, baik secara vertikal maupun horizontal, belum menunjang pelaksanaan metode ini;
2) Organisasi bahan pelajaran, perencanaan, dan pelaksanaan metode ini sukar dan memerlukan keahlian khusus dari guru, sedangkan para guru belum disiapkan untuk ini;
3) Harus dapat memilih topik unit yang tepat sesuai kebutuhan anak didik, cukup fasilitas, dan memiliki sumber-sumber belajar yang diperlukan;
4) Bahan pelajaran sering menjadi luas sehingga dapat mengaburkan pokok unit yang dibahas.
1) Kurikulum yang berlaku di negara kita saat ini, baik secara vertikal maupun horizontal, belum menunjang pelaksanaan metode ini;
2) Organisasi bahan pelajaran, perencanaan, dan pelaksanaan metode ini sukar dan memerlukan keahlian khusus dari guru, sedangkan para guru belum disiapkan untuk ini;
3) Harus dapat memilih topik unit yang tepat sesuai kebutuhan anak didik, cukup fasilitas, dan memiliki sumber-sumber belajar yang diperlukan;
4) Bahan pelajaran sering menjadi luas sehingga dapat mengaburkan pokok unit yang dibahas.
3. METODE EKSPERIMEN
Metode eksperimen adalah metode pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. Dengan metode ini anak didik diharapkan sepenuhnya terlibat merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen, menemukan fakta, mengumpulkan data, mengendalikan variabel, dan memecahkan masalah yang dihadapinya secara nyata.
a. Kelebihan Metode Eksperimen
1) Metode ini dapat membuat anak didik lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata guru atau buku;
2) Anak didik dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplorasi (menjelajahi) tentang ilmu dan teknologi, suatu sikap yang dituntut dari seorang ilmuwan; dan
3) Dengan metode ini akan terbina manusia yang dapat membawa terobosan-terobosan baru dengan penemuan sebagai hasil percobaannya yang diharapkan dapat bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia.
1) Metode ini dapat membuat anak didik lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata guru atau buku;
2) Anak didik dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplorasi (menjelajahi) tentang ilmu dan teknologi, suatu sikap yang dituntut dari seorang ilmuwan; dan
3) Dengan metode ini akan terbina manusia yang dapat membawa terobosan-terobosan baru dengan penemuan sebagai hasil percobaannya yang diharapkan dapat bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia.
b. Kekurangan Metode Eksperimen
1) Tidak cukupnya alat-alat mengakibatkan tidak setiap anak didik berkesempatan mengadakan eksperimen;
2) Jika eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, anak didik harus menanti untuk melanjutkan pelajaran; serta
3) Metode ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang ilmu dan teknologi.
1) Tidak cukupnya alat-alat mengakibatkan tidak setiap anak didik berkesempatan mengadakan eksperimen;
2) Jika eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, anak didik harus menanti untuk melanjutkan pelajaran; serta
3) Metode ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang ilmu dan teknologi.
4. METODE PEMBERIAN TUGAS DAN RESITASI
Pemberian tugas dengan arti guru menyuruh anak didik misalnya membaca, tetapi dengan menambahkan tugas-tugas seperti mencari dan membaca buku-buku lain sebagai perbandingan, atau disuruh mengamati orang/masyarakatnya setelah membaca buku itu. Dengan demikian, pemberian tugas adalah suatu pekerjaan yang harus anak didik selesaikan tanpa terikat dengan tempat.
a. Kelebihan Metode Pemberian Tugas dan Resitasi
1) Pengetahuan yang anak didik peroleh dari hasil belajar sendiri akan dapat diingat lebih lama; dan
2) Anak didik berkesempatan memupuk perkembangan dan keberanian mengambil inisiatif, bertanggung jawab, dan berdiri sendiri.
1) Pengetahuan yang anak didik peroleh dari hasil belajar sendiri akan dapat diingat lebih lama; dan
2) Anak didik berkesempatan memupuk perkembangan dan keberanian mengambil inisiatif, bertanggung jawab, dan berdiri sendiri.
b. Kekurangan Metode Pemberian Tugas dan Resitasi
1) Seringkali anak didik melakukan penipuan di mana anak didik hanya meniru hasil pekerjaan orang lain tanpa mau bersusah payah mengerjakan sendiri;
2) Terkadang tugas itu dikerjakan orang lain tanpa pengawasan; dan
3) Sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan indi¬vidual.
1) Seringkali anak didik melakukan penipuan di mana anak didik hanya meniru hasil pekerjaan orang lain tanpa mau bersusah payah mengerjakan sendiri;
2) Terkadang tugas itu dikerjakan orang lain tanpa pengawasan; dan
3) Sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan indi¬vidual.
5. METODE DISKUSI
Diskusi adalah memberikan altematif jawaban untuk membantu memecahkan berbagai problem kehidupan. Dengan catatan persoalan yang akan didiskusikan harus dikuasai secara mendalam.
a. Kelebihan Metode Diskusi
1) Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan dan bukan satu jalan (satu jawaban saja).
2) Menyadarkan anak didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik.
3) Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan pendapatnya sendiri dan membiasakan bersikap toleran.
1) Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan dan bukan satu jalan (satu jawaban saja).
2) Menyadarkan anak didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik.
3) Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan pendapatnya sendiri dan membiasakan bersikap toleran.
b. Kekurangan Metode Diskusi
1) Tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar;
2) Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas;
3) Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara; dan
4) Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal
1) Tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar;
2) Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas;
3) Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara; dan
4) Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal
Senin, 28 Februari 2011
Penerapan TIK dalam Dunia Pendidikan
Apabila kita amati dengan seksama, apa sebenarnya yang menjadi inti permasalahan pada dunia pendidikan, mungkin jauh lebih sulit dari menggantang asap. Berbagai hal dapat saja dipersalahkan sebagai pokok masalah yang menghambat kemajuan dunia pendidikan di
Indonesia. Namun demikian, yang jelas-jelas dapat kita temukan sebagai suatu kecacatan ialah proses belajar mengajar konvensional yang mengandalkan tatap muka antara guru dan murid, dosen dengan mahasiswa, pelatih dengan peserta latihan, bagaimanapun merupakan sasaran empuk yang paling mudah menjadi sasaran bagi suara-suara kritis yang menghendaki peningkatan kualitas pada dunia pendidikan. Ketidakefektifan adalah kata yang paling cocok untuk sistem ini, sebab seiring dengan perkembangan zaman, pertukaran informasi menjadi semakin cepat dan instan, namun institut yang masih menggunakan sistem tradisional ini mengajar (di jenjang sekolah tinggi kita anggap memberikan informasi) dengan sangat lambat dan tidak seiring dengan perkembangan TIK. Sistem konvensional ini seharusnya sudah ditinggalkan sejak ditemukannya media komunikasi multimedia. Karena sifat Internet yang dapat dihubungi setiap saat, artinya siswa dapat memanfaatkan program-program pendidikan yang disediakan di jaringan Internet kapan saja sesuai dengan waktu luang mereka sehingga kendala ruang dan waktu yang mereka hadapi untuk mencari sumber belajar dapat teratasi.
Penggunaan TIK Dalam Dunia Pendidikan
Arti TIK bagi dunia pendidikan seharusnya berarti tersedianya saluran atau sarana yang dapat dipakai untuk menyiarkan program pendidikan. Namun hal Pemanfaatan TIK ini di Indonesia baru memasuki tahap mempelajari berbagai kemungkinan pengembangan dan penerapan TIK untuk pendidikan memasuki milenium ketiga ini. Pemanfaatan IT dalam bidang pendidikan sudah merupakan kelaziman di Amerika Serikat pada dasawarsa yang telah lalu. Ini merupakan salah satu bukti utama ketertinggalan bangsa Indonesia dengan bangsa-bangsa di dunia. Teknologi interaktif memberikan katalis bagi terjadinya perubahan medasar terhadap peran guru: dari informasi ke transformasi. Setiap sistem sekolah harus bersifat moderat terhadap teknologi yang memampukan mereka untuk belajar dengan lebih cepat, lebih baik, dan lebih cerdas. Dan Teknologi Informasi dan komunikasi yang menjadi kunci untuk menuju model sekolah masa depan yang lebih baik.
Usaha-usaha dari anak-anak bangsa juga terus dilakukan untuk mengejar ketertinggalan bangsa Indonesia dalam hal penyampaian proses pendidikan dengan penggunaan TIK. Semisalnya, baru-baru ini Telkom, Indosat, dan Institut Teknologi Bandung (ITB) menyatakan kesiapannya untuk mengembangkan IT untuk pendidikan di Indonesia, dimulai dengan proyek-proyek percontohan. Telkom menyatakan akan terus memperbaiki dan meningkatkan kualitas infrastruktur jaringan telekomunikasi yang diharapkan dapat menjadi tulang punggung (backbone) bagi pengembangan dan penerapan IT untuk pendidikan serta implementasi-implementasi lainnya di Indonesia. Bahkan, saat ini Telkom mulai mengembangkan teknologi yang memanfaatkan ISDN (Integrated Sevices Digital Network) untuk memfasilitasi penyelenggaraan konferensi jarak jauh (teleconference) sebagai salah satu aplikasi pembelajaran jarak jauh. TIK sangat mampu dan dijagokan agar menjadi fasilitator utama untuk meratakan pendidikan di bumi Nusantara, sebab TIK yang mengandalkan kemampuan pembelajaran jarak jauhnya tidak terpisah oleh ruang, jarak dan waktu.
Implikasi TIK di Dunia Pendidikan Indonesia
E-education, istilah ini mungkin masih asing bagi bangsa Indonesia. e-education (Electronic Education) ialah istilah penggunaan IT di bidang Pendidikan. Internet membuka sumber informasi yang tadinya susah diakses. Akses terhadap sumber informasi bukan menjadi masalah lagi. Perpustakaan merupakan salah satu sumber informasi yang mahal harganya. (Berapa banyak perpustakaan di Indonesia, dan bagaimana kualitasnya?) Adanya Internet memungkinkan seseorang di Indonesia untuk mengakses perpustakaan di Amerika Serikat berupa Digital Library. Sudah banyak cerita tentang pertolongan Internet dalam penelitian, tugas akhir. Tukar menukar informasi atau tanya jawab dengan pakar dapat dilakukan melalui Internet. Tanpa adanya Internet banyak tugas akhir dan thesis yang mungkin membutuhkan waktu yang lebih banyak untuk diselesaikan.
A. Pemanfaatan TIK Bagi Institut Pendidikan
Pesatnya perkembangan TIK , khususnya internet, memungkinkan pengembangan layanan informasi yang lebih baik dalam suatu institusi pendidikan. Dilingkungan perguruan tinggi, pemanfaatan TIK lainnya yaitu diwujudkan dalam suatu sistem yang disebut electronic university (e-University). Pengembangan e-University bertujuan untuk mendukung penyelenggaraan pendidikan, sehingga perguruan tinggi dapat menyediakan layanan informasi yang lebih baik kepada komunitasnya, baik didalam maupun diluar perguruan tinggi tersebut melalui internet. Layanan pendidikan lain yang bisa dilaksanakan melalui sarana internet yaitu dengan menyediakan materi kuliah secara online dan materi kuliah tersebut dapat diakses oleh siapa saja yang membutuhkan. Di UI, misalnya, hampir setiap Fakultas telah memiliki jaringan yang dapat di akses oleh masyarakat, memberikan informasi bahkan bagi yang sulit mendapatkannya karena problema ruang dan waktu. Hal ini juga tentunya sangat membantu bagi calon mahasiswa maupun mahasiswa atau bahkan alumni yang membutuhkan informasi tentang biaya kuliah, kurikulum, dosen pembimbing, atau banyak yang lainnya. Contoh lain adalah Universitas Swasta Bina Nusantara juga memiliki jaringan Internet yang sangat mantap, yang melayakkan mereka mendapatkan penghargaan akademi pendidikan Indonesia dengan situs terbaik.
Pada tingkat pendidikan SMA implikasi TIK juga sudah mulai dilakukan walau belum mampu menjajal dengan implikasi-implikasinya pada tingkatan pendidikan lanjutan. Di SMA ini rata-rata penggunaan internet hanyalah sebagai fasilitas tambahan dan lagi TIK belum menjadi kurikulum utama yang diajarkan untuk siswa. TIK belum menjadi media database utama bagi nilai-nilai, kurikulum, siswa, guru atau yang lainnya. Selain untuk melayani Institut pendidikan secara khusus, adapula yang untuk dunia pendidikan secara umum di indonesia. Ada juga layanan situs internet yang menyajikan kegiatan sistem pendidikan di indonesia. Tujuan utama dari situs ini adalah sebagai wadah untuk saling berhubungan yang dapat menampung semua sektor utama pendidikan. Contoh dari situs ini adalah www.pendidikan.net. Situs tersebut sangat berguna pada saat kita membutuhkan artikel, jurnal ataupun referensi yang dibutuhkan.
B. TIK Sebagai Media Pembelajaran Multimedia
Kerjasama antar pakar dan juga dengan mahasiswa yang letaknya berjauhan secara fisik dapat dilakukan dengan lebih mudah. Dahulu, seseorang harus berkelana atau berjalan jauh menempuh ruang dan waktu untuk menemui seorang pakar untuk mendiskusikan sebuah masalah. Saat ini hal ini dapat dilakukan dari rumah dengan mengirimkan email. Makalah dan penelitian dapat dilakukan dengan saling tukar menukar data melalui Internet, via email, ataupun dengan menggunakan mekanisme file sharring dan mailing list. Bayangkan apabila seorang mahasiswa di Sulawesi dapat berdiskusi masalah teknologi komputer dengan seorang pakar di universitas terkemuka di pulau Jawa. Mahasiswa dimanapun di Indonesia dapat mengakses pakar atau dosen yang terbaik di Indonesia dan bahkan di dunia. Batasan geografis bukan menjadi masalah lagi.
Sharing information juga sangat dibutuhkan dalam bidang penelitian agar penelitian tidak berulang (reinvent the wheel). Hasil-hasil penelitian di perguruan tinggi dan lembaga penelitian dapat digunakan bersama-sama sehingga mempercepat proses pengembangan ilmu dan teknologi.
Bagi Indonesia, manfaat-manfaat yang disebutkan di atas sudah dapat menjadi alasan yang kuat untuk menjadikan Internet sebagai infrastruktur bidang pendidikan. Untuk merangkumkan manfaat Internet bagi bidang pendidikan di Indonesia:
. Akses ke perpustakaan;
. Akses ke pakar;
. Melaksanakan kegiatan kuliah secara online;
. Menyediakan layanan informasi akademik suatu institusi pendidikan;
. Menyediakan fasilitas mesin pencari data;
. Meyediakan fasilitas diskusi;
. Menyediakan fasilitas direktori alumni dan sekolah;
. Menyediakan fasilitas kerjasama;
. Dan lain – lain.
C. Kendala-Kendala Pengimplikasian di Indonesia
Jika memang TIK dan Internet memiliki banyak manfaat, tentunya ingin kita gunakan secepatnya. Namun ada beberapa kendala di Indonesia yang menyebabkan TIK dan Internet belum dapat digunakan seoptimal mungkin. Kesiapan pemerintah Indonesia masih patut dipertanyakan dalam hal ini.
Salah satu penyebab utama adalah kurangnya ketersediaan sumber daya manusia, proses transformasi teknologi, infrastruktur telekomunikasi dan perangkat hukumnya yang mengaturnya. apakah infrastruktur hukum yang melandasi operasional pendidikan di Indonesia cukup memadai untuk menampung perkembangan baru berupa penerapan IT untuk pendidikan ini. Sebab perlu diketahui bahwa Cyber Law belum diterapkan pada dunia Hukum di Indonesia.
Selain itu masih terdapat kekurangan pada hal pengadaan infrastruktur teknologi telekomunikasi, multimedia dan informasi yang merupakan prasyarat terselenggaranya IT untuk pendidikan sementara penetrasi komputer (PC) di Indonesia masih rendah. Biaya penggunaan jasa telekomunikasi juga masih mahal bahkan jaringan telepon masih belum tersedia di berbagai tempat di Indonesia.. Untuk itu perlu dipikirkan akses ke Internet tanpa melalui komputer pribadi di rumah. Sementara itu tempat akses Internet dapat diperlebar jangkauannya melalui fasilitas di kampus, sekolahan, dan bahkan melalui warung Internet. Hal ini tentunya dihadapkan kembali kepada pihak pemerintah maupun pihak swasta; walaupun pada akhirnya terpulang juga kepada pemerintah. Harapan kita bersama hal ini dapat diatasi sejalan dengan perkembangan telekomunikasi yang semakin canggih dan semakin murah.
Langganan:
Postingan (Atom)