Rabu, 26 September 2012

Pengalaman Pribadi Dihubungkan dengan Fungsi Umum dan Perspektif Psikologis Teori Belajar

Contoh Pengalaman Berdasarkan Fungsi Umum Teori Belajar 

1. Sebagai kerangka riset.
Contoh : Saat saya masih SD, saya pernah beberapa kali mendapat nilai merah di mata pelajaran tertentu. Orangtua saya memang orang yang peduli terhadap kegiatan anak-anaknya apalagi terhadap tugas sekolah sehingga setiap ada tugas yang sudah dinilai guru, wajib ditunjukkan kepada mereka agar mereka juga tahu perkembangan nilai-nilai anak-anaknya. Dan mereka juga membuat system perjanjian apabila kami mendapatkan nilai bagus maka uang jajan akan bertambah sedangkan sebaliknya apabila mendapatkan nilai yang buruk maka uang jajan akan dikurangi. Kebetulan adik saya pada saat itu beberapa kali mendapat nilai bagus sehingga uang jajannya bertambah terus. Saya yg mendapat nilai buruk malah selalu kekurangan uang jajan. Mulai dari situ saya pun tidak mau kalah dengan adik saya. Saya selalu berusaha untuk belajar dan belajar agar mendapat nilai yang bagus sehingga uang jajan saya tambah terus.

2. Memberikan kerangka organisasi untuk item-item informasi.
Contoh : pada saat saya SMP, handphone merupakan barang yang sangat istimewa. Bagi saya pada saat itu, mendapatkan sebuah handphone, apakah handphone itu merk terkenal atau tidak, adalah sesuatu yang sangat berharga bagi saya karna pada saat itu sebagian besar handphone hanya dimiliki oleh kaum ekonomi atas. Namun bagi adik saya handphone biasa-biasa tidaklah cukup atau tidak memuaskan sehingga dia harus dibelikan handphone keluaran terbaru.


3. Mengidentifikasi sifat dari peristiwa yang kompleks.
Contoh : ketika saya memasuki usia 6 atau 7 tahun, saya mulai menonton televisi. Kebetulan ada sebuah sinetron yang lagi tayang pada saat itu. Saya melihat bahwa mereka berbicara satu sama lain seperti orang-orang mengobrol biasa pada umumnya. Kemudian saya melihat setiap kegiatan yang dilakukan oleh orang-orang juga dilakukan di sinetron itu lalu saya  menyimpulkan bahwa apa yang kita lakukan akan ditayangkan di televisi. Jadi setiap saya ingin berperilaku saya langsung ingat akan kesimpulan saya itu dan saya pun menjaga-jaga sikap saya agar perilaku saya dianggap tidak menyalahi aturan. Namun setelah saya bertanya pada beberapa orang dewasa, mereka mengatakan bahwa itu hanya akting saja dan tidak benaran terjadi.

4. Mereorganisasi pengalaman sebelumnya.
Contoh : ketika pertama kali saya menjadi anak kos, saya tidak tahu bagaimana mengatur uang bulanan saya. Karna biasanya sewaktu tinggal bersama orangtua saya hanya memegang uang harian saja, yang begitu habis langsung minta lagi. Nah sementara kalau uang bulanan kan tidak bisa seperti itu saya terapkan. Jadi saaat pertama kali saya menerima uang bulanan, saya tidak memperikirakan untuk apa-apa saja uang itu namun saya langsung membeli barang-barang yang ingin saya beli. Dan ketika saya sadar bahwa uang bulanan saya tinggal setengahnya lagi saya pun mulai kebingungan bagaimana menggantikan uang yang sudah habis tadi. Akhirnya saya mencoba jujur mengatakan hal ini ke orangtua saya. Memang saya dimarahi namun dinasehati agar tidak terlalu berfoya-foya dan royal menghabiskan uang. Dari situ saya pun mulai membuat rincian-rincian uang saya untuk dipakai membeli apa saja dan hemat dalam menggunakan uang.

5. Bertindak sebagai penjelasan kerja dari peristiwa.
Contoh : seperti pengalaman saya pada fungsi umum teori belajar yang pertama, saya menyadari bahwa ketika saya mendapat nilai yang buruk maka saya akan diberi hukuman agar saya bisa mengubah perilaku saya seperti yang diharapkan oleh orangtua saya sedangkan ketika saya mendapat nilai bagus maka orangtua saya akan memberi hadiah atau reward kepada saya agar semakin memperkuat perilaku saya. 

Kaitan Perspektif Psikologis Tentang Faktor-Faktor Utama dalam Belajar dengan Fungsi Umum Teori Belajar 

Perspetif Behavioris
Fungsi umum teori belajar sebagai kerangka riset dan bertindak sebagai penjelasan kerja dari peristiwa merupakan contoh  dari perspektif behavioris. Dimana dari contoh-contoh yang sudah diberikan dapat diketahui bahwa setiap perilaku memiliki konsekuensi dan perilaku tersebut dapat diberikan penguatan atau pun hukuman agar menampilkan perilaku seperti yang diharapkan.

Perspektif Kognitif
Fungsi umum teori belajar memberikan kerangka organisasi untuk item-item informasi menjelaskan mengenai teori atribusi Weigner dimana bagi saya handphone yang biasa-biasa saja sudah cukup karna saya ingin namun bagi adik saya dia harus memiliki handphone keluaran terbaru karna teman-temannya orang kelas ekonomi keatas sehingga dia terpengaruh terhadap gaya hidup mereka.

Perspektif Interaksionis
Fungsi umum teori belajar mereorganisasi pengalaman sebelumnya menjelaskan mengenai teori Bandura. Dimana ketika saya baru menjadi anak kos saya belum bisa mengatur keuangan saya sehingga saya memakai uang bulanan saya seenaknya tanpa memikirkan jangka panjangnya. Nah dari pengalaman saya itu saya belajar agar bisa mengatur keuangan saya sehingga tidak terjadi lagi hal-hal seperti yang dulu.

Teori Perkembangan Interaksionis
Fungsi umum teori belajar Mengidentifikasi sifat dari peristiwa yang kompleks menjelaskan mengenai teori perkembangan kognitif Piaget. Dimana ketika saya menganggap bahwa apa yang kita lakukan akan dilakukan di televisi sehingga saya berperilaku yang baik-baik saja. Namun ketika saya bertanya –tanya dengan orang yang lebih dewasa maka saya menyadari bahwa mereka hanya akting saja dan itu tidak benaran terjadi.

Minggu, 16 September 2012

Hasil Diskusi Analisis Kelompok


Anggota Kelompok :
Elienz Tarigan 10-028

    Berdasarkan teori Vygotsky, pengalaman-pengalaman yang kelompok kami alami sesuai dengan teori pembelajaran vygotsky dimana ia mengatakan bahwa proses belajar terjadi pada dua tahap: tahap pertama terjadi pada saat berkolaborasi dengan orang lain, dan tahap berikutnya dilakukan secara individual yang di dalamnya terjadi proses internalisasi. Nah seperti pengalaman yang kami alami dimana masing-masing bisa lebih memahami pelajaran-pelajaran sekolah setelah mengikuti bimbel yang kemudian dibantu oleh tentor-tentor untuk mengerjakan hal-hal yang kami rasa sulit dan tentunya mereka membantu kami memahami pelajaran-pelajaran sekolah dengan cara yang lebih mudah pastinya. Kemudian setelah kami memahami dan mengerti apa yang dijelaskan oleh tentor tersebut selanjutnya kami mulai bisa mengerjakan sendiri pelajaran-pelajaran yang tadinya kami anggap sulit dan kedepannya kami pun mampu untuk mengerjakan soal-soal yang tingkat kerumitannya lebih. Nah itulah proses belajar yang dimaksudkan oleh vygotsky pada tahap pertama ini. Kemudian tahap berikutnya yaitu proses internalisasi yang merupakan proses belajar yang berlangsung sepanjang hidup kita, mulai dari lahir sampai akhir hayat kita. Sepanjang hayatnya seorang individu terus belajar untuk mengolah segala perasaan, hasrat, nafsu dan emosi yang membentuk kepribadiannya. Apapun yang terjadi dalam hidup kita itu merupakan proses belajar.

    Namun pada intinya pembahasan mengenai pengalaman kelompok kami adalah proses belajar dimana pengalaman tersebut menjadikan kami sedikit demi sedikit memperoleh kecakapan intelektual melalui interaksi dengan orang yang lebih ahli, ataupun orang dewasa. Dimana bantuan atau support yang diberikan, dimaksudkan agar kami nantinya dapat menghadapi tingkat kesulitan masalah yang lebih tinggi pada tingkat kognitif masing-masing.

Sabtu, 15 September 2012

Analisis Pengalaman Individu



    Ketika kelas 2 SMA, saya merasa sulit untuk memahami pelajaran disekolah terutama pelajaran yang berkaitan dengan hitung-menghitung. Saat pelajaran berlangsung saya selalu berusaha untuk memperhatikan apa yang diterangkan oleh guru tersebut. Namun tetap saja saya tidak bisa memahami ketika guru tersebut menjelaskan. Lalu kemudian saya merasa saya perlu bantuan dari orang lain. Saya mencoba untuk mengikuti bimbel karna biasanya memang orang-orang dalam menyelesaikan masalah belajar mereka selain di sekolah ya di bimbel. Maka dari itu saya mencoba untuk mengikuti bimbel tersebut. Setelah beberapa kali masuk, saya mulai mengerti akan pelajaran-pelajaran sekolah yang juga dibahas di bimbingan tersebut. Selain itu di bimbingan tersebut ada “cara cepat” yang diberikan oleh pengajar di bimbingan tersebut agar siswa-siswa lebih mudah untuk memahami dan menyelesaikan pelajaran-pelajaran di sekolah. Ternyata memang benar saya bisa dengan mudah memahami pelajaran-pelajaran yang tadinya saya rasa sulit. Misalnya dalam pelajaran Matematika, kalau kita mengikuti cara yang dijelaskan oleh guru di sekolah maka untuk menyelesaikan soal-soal latihan yang diberikan akan membutuhkan waktu yang lumayan lama dan jalannya pun bisa-bisa sampai 1 halaman buku. Namun kalau kita menggunakan “cara cepat” tersebut maka kita pun bisa menyelesaikan soal-soal latihan dengan mudah, jalannya pun tidak panjang-panjang dan pastinya kita cepat mengerti dibandingkan dengan teman-teman lainnya yang hanya mengikuti cara seperti yang dijelaskan oleh guru di sekolah. Nah ketika ada latihan-latihan lain di sekolah pun, saya bisa mengerjakan soal-soal tersebut dengan mudah dan cepat tentunya. Disisi lain, teman-teman saya yang tidak mengikuti bimbel memang mampu menyelesaikan latihan-latihan tersebut namun setelah beberapa saat kemudian.

Pembahasan
    Vygotsky memiliki empat prinsip dalam hal pembelajaran yaitu, Pembelajaran Sosial (social leaning), ZPD (Zone of Proximal Development), Masa Magang Kognitif (Cognitif Apprenticeship), dan Pembelajaran Termediasi (Mediated Learning). Berdasarkan teori tersebut, pengalaman saya diatas termasuk pada prinsip yang ketiga yaitu Masa Magang Kognitif (cognitif apprenticeship) dimana Masa Magang Kognitif ini adalah suatu proses yang menjadikan siswa sedikit demi sedikit memperoleh kecakapan intelektual melalui interaksi dengan orang yang lebih ahli, orang dewasa, atau teman yang lebih pandai. Hal ini jelas terlihat pada pengalaman saya dimana saya yang tadinya kesulitan untuk memahami dan mengerjakan soal-soal pada pelajaran matematika namun pada saat saya mengikuti bimbel dan pengajarnya pun membantu saya untuk lebih memahami pelajaran tersebut dengan menggunakan “cara cepat” sehingga saya pun sedikit demi sedikit bisa mengerjakan soal-soal pada pelajaran matematika tanpa bingung-bingung lagi.