Sarah Situmorang 09-078
Santri Tarigan 10-012
Elienz Tarigan 10-028
Vygostsky
adalah seorang sarjana Hukum, tamat dari Universitas Moskow pada tahun
1917, kemudia beliau melanjutkan studi dalam bidang filsafat, psikologi,
dan sastra pada fakultas Psikologi Universitas Moskow dan menyelesaikan
studinya pada tahun 1925 dengan judul disertasi “The Psychology of Art”.
Dengan latar belakang ilmu yang demikian banyak memberikan inspirasi
pada pengembangan teknologi pembelajaran, bahasa, psikologi pendidikan,
dan berbagai teori pembelajaran.
Berkaitan dengan pembelajaran, Vygotsky
mengemukakan empat prinsip seperti yang dikutip oleh (Slavin, 2000: 256)
yaitu:
(1) Pembelajaran sosial (social leaning)
Pendekatan pembelajaran yang dipandang sesuai
adalah pembelajaran kooperatif. Vygotsky menyatakan bahwa
siswa belajar melalui interaksi bersama dengan orang dewasa atau
teman yang lebih cakap.
(2) ZPD (zone of proximal development)
Bahwa siswa akan dapat mempelajari konsep-konsep
dengan baik jika berada dalam ZPD. Siswa bekerja dalam ZPD jika siswa
tidak dapat memecahkan masalah sendiri, tetapi dapat
memecahkan masalah itu setelah mendapat bantuan orang dewasa atau
temannya. Bantuan atau support dimaksud agar si anak mampu
untuk mengerjakan tugas-tugas atau soal-soal yang lebih tinggi
tingkat kerumitannya dari pada tingkat perkembangan kognitif si anak.
(3) Masa Magang Kognitif (cognitif apprenticeship)
Suatu proses yang menjadikan siswa sedikit demi
sedikit memperoleh kecakapan intelektual melalui interaksi dengan
orang yang lebih ahli, orang dewasa, atau teman yang lebih pandai.
(4) Pembelajaran Termediasi (mediated learning).
Vygostky menekankan pada scaffolding. Siswa
diberi masalah yang kompleks, sulit, dan realistik, dan kemudian diberi
bantuan secukupnya dalam memecahkan masalah siswa.
Yang terpenting dalam teori konstruktivisme
adalah bahwa dalam proses pembelajaran, siswa yang harus aktif
mengembangkan pengetahuan mereka, bukan pembelajar atau orang lain. Mereka
yang harus bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya. Penekanan belajar
siswa secara aktif ini perlu dikembangkan.
Kreativitas dan keaktifan siswa akan membantu
mereka untuk berdiri sendiri dalam kehidupan kognitif siswa sehingga
belajar lebih diarahkan pada experimental learning yaitu merupakan
adaptasi kemanusiaan berdasarkan pengalaman konkrit di laboratorium,
diskusi dengan teman sekelas, yang kemudian dikontemplasikan dan dijadikan
ide dan pengembangan konsep baru.
Beberapa hal yang mendapat perhatian pembelajaran
konstruktivistik, yaitu:
(1) mengutamakan pembelajaran yang bersifat nyata
dalam konteks yang relevan.
(2) mengutamakan proses,
(3) menanamkan pembelajran dalam konteks
pengalaman sosial,
(4) pembelajaran dilakukan dalam upaya
mengkonstruksi pengalaman
Aspek-Aspek Pembelajaran Konstruktivistik
a. Asimilasi
Asimilasi adalah proses kognitif dimana seseorang
mengintegrasikan persepsi, konsep ataupun pengalaman baru ke dalam skema
atau pola yang sudah ada dalam pikirannya.
B. Akomodasi
Akomodasi terjadi untuk membentuk skema baru
yang cocok dengan rangsangan yang baru atau memodifikasi skema yang telah
ada sehingga cocok dengan rangsangan itu.
Teori Vygotsky juga beranggapan bahwa
pembelajaran terjadi apabila anak-anak bekerja atau belajar menangani
tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas itu masih berada dalam
jangkauan kemampuannya (zone of proximal development), yaitu perkembangan
kemampuan siswa sedikit di atas kemampuan yang sudah dimilikinya. Vygotsky
menjelaskan bahwa proses belajar terjadi pada dua tahap: tahap pertama terjadi
pada saat berkolaborasi dengan orang lain, dan tahap berikutnya dilakukan
secara individual yang di dalamnya terjadi proses internalisasi. Selama proses
interaksi terjadi, baik antara guru-siswa maupun antar siswa, kemampuan seperti
saling menghargai, menguji kebenaran pernyataan pihak lain, bernegosiasi, dan
saling mengadopsi pendapat dapat berkembang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar