Ketika kelas 2 SMA, saya merasa
sulit untuk memahami pelajaran disekolah terutama pelajaran yang berkaitan
dengan hitung-menghitung. Saat pelajaran berlangsung saya selalu berusaha untuk
memperhatikan apa yang diterangkan oleh guru tersebut. Namun tetap saja saya
tidak bisa memahami ketika guru tersebut menjelaskan. Lalu kemudian saya merasa
saya perlu bantuan dari orang lain. Saya mencoba untuk mengikuti bimbel karna
biasanya memang orang-orang dalam menyelesaikan masalah belajar mereka selain
di sekolah ya di bimbel. Maka dari itu saya mencoba untuk mengikuti bimbel
tersebut. Setelah beberapa kali masuk, saya mulai mengerti akan
pelajaran-pelajaran sekolah yang juga dibahas di bimbingan tersebut. Selain itu
di bimbingan tersebut ada “cara cepat” yang diberikan oleh pengajar di
bimbingan tersebut agar siswa-siswa lebih mudah untuk memahami dan
menyelesaikan pelajaran-pelajaran di sekolah. Ternyata memang benar saya bisa
dengan mudah memahami pelajaran-pelajaran yang tadinya saya rasa sulit.
Misalnya dalam pelajaran Matematika, kalau kita mengikuti cara yang dijelaskan
oleh guru di sekolah maka untuk menyelesaikan soal-soal latihan yang diberikan
akan membutuhkan waktu yang lumayan lama dan jalannya pun bisa-bisa sampai 1
halaman buku. Namun kalau kita menggunakan “cara cepat” tersebut maka kita pun
bisa menyelesaikan soal-soal latihan dengan mudah, jalannya pun tidak
panjang-panjang dan pastinya kita cepat mengerti dibandingkan dengan
teman-teman lainnya yang hanya mengikuti cara seperti yang dijelaskan oleh guru
di sekolah. Nah ketika ada latihan-latihan lain di sekolah pun, saya bisa
mengerjakan soal-soal tersebut dengan mudah dan cepat tentunya. Disisi lain,
teman-teman saya yang tidak mengikuti bimbel memang mampu menyelesaikan
latihan-latihan tersebut namun setelah beberapa saat kemudian.
Pembahasan
Vygotsky memiliki empat prinsip
dalam hal pembelajaran yaitu, Pembelajaran Sosial (social leaning), ZPD (Zone
of Proximal Development), Masa Magang Kognitif (Cognitif Apprenticeship), dan
Pembelajaran Termediasi (Mediated Learning). Berdasarkan teori tersebut, pengalaman
saya diatas termasuk pada prinsip yang ketiga yaitu Masa Magang Kognitif
(cognitif apprenticeship) dimana Masa Magang Kognitif ini adalah suatu proses
yang menjadikan siswa sedikit demi sedikit memperoleh kecakapan
intelektual melalui interaksi dengan orang yang lebih ahli, orang dewasa,
atau teman yang lebih pandai. Hal ini jelas terlihat pada pengalaman saya
dimana saya yang tadinya kesulitan untuk memahami dan mengerjakan soal-soal
pada pelajaran matematika namun pada saat saya mengikuti bimbel dan pengajarnya
pun membantu saya untuk lebih memahami pelajaran tersebut dengan menggunakan
“cara cepat” sehingga saya pun sedikit demi sedikit bisa mengerjakan soal-soal
pada pelajaran matematika tanpa bingung-bingung lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar