1. Sebagai kerangka riset.
Contoh : Saat saya masih SD, saya pernah beberapa kali mendapat nilai merah di mata pelajaran tertentu. Orangtua saya memang orang yang peduli terhadap kegiatan anak-anaknya apalagi terhadap tugas sekolah sehingga setiap ada tugas yang sudah dinilai guru, wajib ditunjukkan kepada mereka agar mereka juga tahu perkembangan nilai-nilai anak-anaknya. Dan mereka juga membuat system perjanjian apabila kami mendapatkan nilai bagus maka uang jajan akan bertambah sedangkan sebaliknya apabila mendapatkan nilai yang buruk maka uang jajan akan dikurangi. Kebetulan adik saya pada saat itu beberapa kali mendapat nilai bagus sehingga uang jajannya bertambah terus. Saya yg mendapat nilai buruk malah selalu kekurangan uang jajan. Mulai dari situ saya pun tidak mau kalah dengan adik saya. Saya selalu berusaha untuk belajar dan belajar agar mendapat nilai yang bagus sehingga uang jajan saya tambah terus.
2. Memberikan kerangka organisasi untuk item-item informasi.
Contoh : pada saat saya SMP, handphone merupakan barang yang sangat istimewa. Bagi saya pada saat itu, mendapatkan sebuah handphone, apakah handphone itu merk terkenal atau tidak, adalah sesuatu yang sangat berharga bagi saya karna pada saat itu sebagian besar handphone hanya dimiliki oleh kaum ekonomi atas. Namun bagi adik saya handphone biasa-biasa tidaklah cukup atau tidak memuaskan sehingga dia harus dibelikan handphone keluaran terbaru.
3. Mengidentifikasi sifat dari peristiwa yang kompleks.
Contoh : ketika saya memasuki usia 6 atau 7 tahun, saya mulai menonton televisi. Kebetulan ada sebuah sinetron yang lagi tayang pada saat itu. Saya melihat bahwa mereka berbicara satu sama lain seperti orang-orang mengobrol biasa pada umumnya. Kemudian saya melihat setiap kegiatan yang dilakukan oleh orang-orang juga dilakukan di sinetron itu lalu saya menyimpulkan bahwa apa yang kita lakukan akan ditayangkan di televisi. Jadi setiap saya ingin berperilaku saya langsung ingat akan kesimpulan saya itu dan saya pun menjaga-jaga sikap saya agar perilaku saya dianggap tidak menyalahi aturan. Namun setelah saya bertanya pada beberapa orang dewasa, mereka mengatakan bahwa itu hanya akting saja dan tidak benaran terjadi.
4. Mereorganisasi pengalaman sebelumnya.
Contoh : ketika pertama kali saya menjadi anak kos, saya tidak tahu bagaimana mengatur uang bulanan saya. Karna biasanya sewaktu tinggal bersama orangtua saya hanya memegang uang harian saja, yang begitu habis langsung minta lagi. Nah sementara kalau uang bulanan kan tidak bisa seperti itu saya terapkan. Jadi saaat pertama kali saya menerima uang bulanan, saya tidak memperikirakan untuk apa-apa saja uang itu namun saya langsung membeli barang-barang yang ingin saya beli. Dan ketika saya sadar bahwa uang bulanan saya tinggal setengahnya lagi saya pun mulai kebingungan bagaimana menggantikan uang yang sudah habis tadi. Akhirnya saya mencoba jujur mengatakan hal ini ke orangtua saya. Memang saya dimarahi namun dinasehati agar tidak terlalu berfoya-foya dan royal menghabiskan uang. Dari situ saya pun mulai membuat rincian-rincian uang saya untuk dipakai membeli apa saja dan hemat dalam menggunakan uang.
5. Bertindak sebagai penjelasan kerja dari peristiwa.
Contoh : seperti pengalaman saya pada fungsi umum teori belajar yang pertama, saya menyadari bahwa ketika saya mendapat nilai yang buruk maka saya akan diberi hukuman agar saya bisa mengubah perilaku saya seperti yang diharapkan oleh orangtua saya sedangkan ketika saya mendapat nilai bagus maka orangtua saya akan memberi hadiah atau reward kepada saya agar semakin memperkuat perilaku saya.
Kaitan Perspektif Psikologis Tentang Faktor-Faktor Utama dalam Belajar dengan Fungsi Umum Teori Belajar
Perspetif Behavioris
Fungsi umum teori belajar sebagai
kerangka riset dan bertindak sebagai penjelasan kerja dari peristiwa merupakan contoh
dari perspektif behavioris. Dimana
dari contoh-contoh yang sudah diberikan dapat diketahui bahwa setiap perilaku memiliki
konsekuensi dan perilaku tersebut dapat diberikan penguatan atau pun hukuman
agar menampilkan perilaku seperti yang diharapkan.
Perspektif Kognitif
Perspektif Kognitif
Fungsi umum teori belajar memberikan
kerangka organisasi untuk item-item informasi menjelaskan mengenai teori
atribusi Weigner dimana bagi saya handphone yang biasa-biasa saja sudah cukup karna
saya ingin namun bagi adik saya dia harus memiliki handphone keluaran terbaru karna
teman-temannya orang kelas ekonomi keatas sehingga dia terpengaruh terhadap gaya
hidup mereka.
Perspektif Interaksionis
Perspektif Interaksionis
Fungsi umum teori belajar mereorganisasi
pengalaman sebelumnya menjelaskan mengenai teori Bandura. Dimana ketika saya baru
menjadi anak kos saya belum bisa mengatur keuangan saya sehingga saya memakai
uang bulanan saya seenaknya tanpa memikirkan jangka panjangnya. Nah dari
pengalaman saya itu saya belajar agar bisa mengatur keuangan saya sehingga
tidak terjadi lagi hal-hal seperti yang dulu.
Teori Perkembangan Interaksionis
Teori Perkembangan Interaksionis
Fungsi umum teori belajar Mengidentifikasi
sifat dari peristiwa yang kompleks menjelaskan mengenai teori
perkembangan kognitif Piaget. Dimana ketika saya menganggap bahwa apa yang kita
lakukan akan dilakukan di televisi sehingga saya berperilaku yang baik-baik
saja. Namun ketika saya bertanya –tanya dengan orang yang lebih dewasa maka
saya menyadari bahwa mereka hanya akting saja dan itu tidak benaran terjadi.